Lalu pertanyaan yang kadang mengusik kita adalah, Masih adakah anak yang seperti Ismail pada hari ini? tentu jawabannya adalah apakah masih ada orang tua yang seperti Ibrahim pada hari ini:
Lalu bagaimana pula sikap Siti Hajar ketika mendengar suaminya akan menyembelih anak yang dicintainya. Anak yang berada dalam tubuhnya selama sembilan bulan. Anak yang disusuinya selama dua tahun. Anak yang dibesarkannya dengan peluh dan air mata. Selaku ibu hancur hati Siti hajar saat itu. Namun dia juga sadar anak itu tidak lebih dari amanah dan titipan Allah kepada mereka. Maka dengan tegar dan tabah Siti Hajar merelakan anaknya disembelih oleh suaminya sendiri.
Siti hajar adalah seorang ibu, yang hati nuraninya sama dengan ibu-ibu yang lain. Namun Siti Hajar menyadari kalau dirinya juga hamba Allah dan isteri dari seorang suami yang bernama Ibrahim. Maka fungsi isteri adalah membantu suaminya dalam melakukan ketaatan kepada Allah, bukan menjauhkan suami dari agama Allah.
Sikap hidup Hajar inilah yang harus ditiru oleh para isteri hari ini. Pengorbanan mereka adalah membantu suami agar tetap istiqamah dalam ketaatan. Mendidik anak agar menjadi anak yang shalih. Sebab baik atau buruknya satu keluarga bahkan satu negara besar sekali peranan para ibu di sana. Ini yang dikatakan oleh Rasul:
Dunia ini adalah perhiasan dan serbaik baik perhiasan yang ada di dunia ini adalah wanita yang shalihah
Bahkan ada ungkapan lain yang sangat menjunjung tinggi peranan wanita di dalam masyarakat, yaitu:
Wanita itu adalah tiangnya negara
Artinya, rubuh tegaknya suatu negara tergantung pada wanitanya. Jika wanitanya baik, maka baiklah negara, apabila wanitanya buruk, maka hancurlah negara. Maka pada hakekatnya amanah dan pengorbanan ibu-ibu tidak ringan, sebab di tangan ibu-ibulah masa depan negara ini.
Apabila Ibrahim as rela menyembelih anaknya karena Allah. Siti hajar rela mengorbankan anak yang dilahirkan dan dibesarkannya karena mengikuti perintah Allah, sementara Ismail rela menjadi korban juga untuk melakukan perintah Allah, maka sudah saatnya kita bertanya, Apa yang sudah kita lakukan dan korbankan pada saat ini untuk menegakkan agama Allah.
Seperti diungkapkan di atas, hikmah terbesar dari ibadah kurban adalah kerelaan hati untuk memberikan sesuatu yang kita sayangi untuk Allah SwT. Hari ini Pengorbanan yang kita lakukan tidak perlu menyembelih anak sendiri, akan tetapi cukup sederhana dengan melaksanakan ibadah kurban, menyembelih seekor kambing untuk seorang atau seekor sapi dan kerbau untuk tujuh orang. Setiap bahagian itu memerlukan dana sekitar Rp 2 juta. Artinya jika setiap kita menabung Rp 6000 sehari maka tahun akan datang Insya Allah dia akan menjadi peserta kurban. Namun sayangnya, kadang kita tidak dapat berlaku adil. Untuk pulsa telfon kita mampu mengeluarkan uang lebih dari Rp 6000 sehari. Untuk rokok kita mampu mengeluarkan uang lebih dari itu. Namun untuk ibadah kurban masih berat menabung Rp 6000 sehari. Bahkan lebih tragis, kadang orang lebih rela berusaha sekuat tenaga agar dapat kupon daging korban daripada berusaha sekuat tenaga untuk menjadi peserta kurban.