Lalu apa kaitan Ibadah Kurban ini dalam kehidupan kita bermuhammadiyah ? Ibadah ini menjelaskan bahwa perjuangan itu harus utuh. Ibrahim adalah pemimpin yang harus dicontoh oleh para Pimpinan Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting. Sementara Ismail adalah sosok yang harus ditiru oleh Pemuda Muhammadiyah, NA, IPM, IMM dan lainnya. Sementara Siti Hajar adalah sosok yang harus dilakoni oleh Aisyiah. Artinya setiap elemen di Muhammadiyah harus berkorban untuk kemajuan persyarikatan, bukan mengorbankan Gerakan Dakwah ini. Setiap kita harus punya andil seperti pupuk yang menghidupkan organisasi, bukan benalu yang membunuh pohon kehidupan Muhammadiyah.
Akhirnya, mari kita hidupkan kembali nilai-nilai dan hikmah korban dalam kehidupan sehari-hari, apapun profesi dan posisi kita. Orang tua harus berkorban dengan mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang shalih. Para pemuda harus berkorban dengan menjauhkan diri dari semua perbuatan dan aktifitas yang dapat merusak jiwa, raga dan masa depan, Para pedagang harus berkorban dengan bersikap jujur dalam perniagaannya. Pemimpin juga harus berkorban dengan mendahulukan kepentingan rakyat dan masyarakat dari kepentingan pribadi dan golongan.
Inilah hakikat dari pengorbanan itu di mana setiap kita punya peranan untuk menyumbangkan tenaga dan segenap usaha demi memperjuangkan Islam dan umat Islam serta kejayaan agama Allah masa kini dan akan datang.
“Maka ambilah pekerjaan, hai orang-orang yang mempunyai pandangan,” (Qs Al-Hasyr: 2).
Selanjutnya, marilah kita akhiri khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa ke hadirat Allah SwT. Semoga Allah SwT mengijabahi doa-doa kita semua, amien.•
——-
Dr H Saidul Amin, MA, Wakil Ketua PWM Riau dan Dosen Filsafat Islam di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.