KUALA LUMPUR, suaramuhammadiyah.id—Belum genap setahun didirikan, Taman Pengajian Al-Qur’an (TPA) PRIMA kini memiliki kurang lebih 30 santri yang setiap hari mengaji di bilangan Kampung Baru, Kuala Lumpur, Malaysia. Para santri itu adalah anak-anak warga buruh migran Indonesia yang menitipkan pendidikan Al-Qur’annya melalui amal usaha Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah dan Aisyiyah (PRIM & PRIA) Kampung Baru. Dibawah pimpinan Mintarsih Supardi, TPA PRIMA kini kian ramai bahkan hingga melebihi kapasitas yang telah disediakan.
Dalam rangka sosialisasi, pihak penyelenggara bersama Pimpinan Ranting Istimewa Kampung Baru Hazim dan Nuriyah mengadakan pengajian dengan tema parenting bersama usth Elly. Turut hadir para pimpinan PCIM dan PCIA Malaysia dan juga beberapa warga PRIM lainnya.
Acara tersebut diisi dengan pembacaan Al-quran dan persembahan nasyid oleh anak-anak santri TPA. Ketua PCIM Malaysia Dr Sonny Zulhuda berpesan agar iklim yang kondusif dan kooperatif mampu tercipta di antara para guru, penyelenggara TPA dan juga orang tua santri TPA. “Dengan begitu akan terbangun komunikasi yang sehat sehingga dapat menunjang kegiatan belajar dan mengajar di TPA,” tutur Sonny. Ia juga mengajak agar seluruh warga PCIM dan PCIA membantu TPA PRIMA yang masih memiliki banyak kekurangan. “Kami mengundang segala bentuk kontribusi agar TPA ini mampu bertahan dan semakin kuat di kemudian hari,” lanjutnya.
Ummi Elly yang juga merupakan penasihat PCIA Malaysia mengajak untuk merenungkan kembali bagaimana interaksi orangtua dengan anak-anaknya. “Hal ini harus dimulai dengan sebuah kesadaran bahwa anak adalah titipan dan amanah agung dari Allah kepada kita,” jelas Elly. Dalam paparannya, Ummi Elly menambahkan bahwa kedua orang tua yang terdiri dari ibu dan ayah memiliki peran yang sama-sama penting. “Jangan sampai ada kesan yang satu mengandalkan yang lainnya dalam hal mendidik anak,” tandasnya (Ed-Th).