Ketundukan Ibrahim, Warisan Generasi Hingga Akhir Zaman

Ketundukan Ibrahim, Warisan Generasi Hingga Akhir Zaman

BANJARMASIN. suaramuhammadiyah.id-Momentum Idul Adha 1437 H selalu mengingatkan umat manusia dari zaman ke zaman akan hikmah dan pelajaran yang diberikan oleh Nabi Ibrahim as.

“Keislaman Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, ketundukannya kepada ajaran-ajaran dan syari’at Allah bukan hanya buat dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi sezamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia,” terang H Khairul Anam, SH, MKes Ketua Majelis Tabligh PD Muhammadiyah Kota Banjarmasin, dalam khutbah Idul Adha yang dilakukan di halaman UPTD Samsat Banjarmasin I.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Islam dan sikap ketundukan kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan ilahiah diwariskan untuk anak cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.

“Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik rasa keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan,” imbuhnya.

Apa yang diwasiatkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub, terang Khairul Anam, jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara utuh, serta konsisten dalam merealisasikan cita-cita kesejahteraan. Menurutnya, ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteran hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan inkonsistensi kepada Islam dapat menjermuskan kehidupan kaum muslimin ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

“Rasulullah Saw beberapa abad yang lalu memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai krisis sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya yang berkepanjangan,” lanjut Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin tersebut (Abdul Khaliq/MPI PWM Kalsel).

 

 

 

Exit mobile version