MALANG. suaramuhammadiyah.id-Konsul Jenderal Amerika Serikat (Konjen AS) Surabaya, Heather Variava, ajak mahasiswa Ilmu pemerintahan UMM untuk mengetahui lebih jauh komparasi sistem pemilu AS dan Indonesia, dalam kuliah tamu bertajuk “The Dynamic of Presidential Election in America.” Kuliah umum yang dislenggarakan oleh Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang (IP UMM) tersebut berlangsung pada Kamis (15/9). Dalam paparannya, Heather Variava menjabarkan persamaan dan perbedaan sistem pemilihan presiden di Indonesia dan Amerika. Persamaan pemilu di Indonesia dan Amerika adalah sama-sama pemilihan langsung. Para kandidat berasal dari daerah pemilihan (dapil). Di Amerika, jelasnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya sebatas general rule, atau sekadar bentuk kepatuhan terhadap prosedur yang berlaku. Sedangkan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) berperan penting terhadap pelaksanaan pemilu. Sebaliknya, kata Heather, di Indonesia KPUD adalah hanya sekadar representasi saja. KPUD bertindak sebagai kepanjangan tangan dari KPU, sedangkan KPU memegang peranan penting pada pelaksanaan pemilu presiden. Kepala Program Studi IP UMM, Hevi Kurnia Hardini MA menambahkan, suara terbanyak pada hasil pemilu presiden di Amerika tak menjadi patokan siapa presiden yang terpilih. “Di Indonesia, siapapun kandidat presiden yang mendapatkan suara terbanyak pada pemilu, ia akan menjadi presiden. Sedangkan di Amerika, hasil pemilu dari tiap state yang menjadi patokannya,” jelasnya. Hevi menguraikan, capres A mendapatkan suara terbanyak daripada calon B. Akan tetapi, suara terbanyak ini hanya berasal dari beberapa daerah, sedangkan capres B mendapatkan suara dari lebih banyak daerah, maka capres B lah yang menjadi presiden. “Sehingga, jumlah daerah pemilih yang menjadi tolak ukur kemenangan presiden, bukan jumlah suara,” ujar Hevi mengintikan. Tak hanya tentang pemilu presidensial, Heather Variava juga membahas tentang sistem pemilu untuk anggota House of Representative dan senat. Di Amerika, pemilihan House of Representative atau setara DPR di Indonesia, dipilih tiap 2 tahun sekali dan presiden dipilih tiap 4 tahun sekali. Sedangkan di Indonesia, baik DPR, DPD, maupun Presiden, dipilih tiap 5 tahun sekali. Kuliah tamu ini dihadiri oleh 50 mahasiswa IP semester 5 yang sedang menempuh Mata Kuliah Sistem Pemilu dan Kepartaian serta perwakilan kelas dan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan. Dua tahun lalu, mahasiswa IP mengunjungi Konsulat Jenderal AS di Surabaya, sedangkan 2015 lalu mengunjungi Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Hevi mengungkapkan semangatnya agar mahasiswa IP tak hanya belajar tentang pemerintahan lokal, tapi juga harus bisa bersentuhan dan berkomunikasi dengan organisasi atau lembaga asing di Indonesia. “Esensi sesungguhnya dari adanya kedutaan besar di Indonesia adalah untuk menjalin hubungan antar pemerintahan. Hubungan internasional ada, karena adanya hubungan antar pemerintahan. Jadi, ini tak hanya milik Hubungan Internasional semata, tapi juga pemerintahan.” Sebelum memberikan kuliah umum, Heather juga menghadiri pameran pendidikan Amerika yang diselenggarakan di UMM pada pada Rabu (14/9), serta networking dinner bersama pimpinan UMM dan sejumlah delegasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) (Humas UMM).
Berikan Kuliah Tamu di IP UMM, Konjen AS Ulas Sistem Pemilu Amerika
- Categories: Berita
- Tags: Konjen ASMalangmuhammadiyahUMM
Related Content
Deni Asy'ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
By
Suara Muhammadiyah
28 September, 2024
Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK
By
Suara Muhammadiyah
22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
By
Suara Muhammadiyah
2 Juli, 2024