Prof Yunahar Ilyas: Orang Tua Sekarang, yang Kaya Sibuk Dengan Kekayaannya, yang Miskin Sibuk dengan Kemiskinannya

Prof Yunahar Ilyas: Orang Tua Sekarang, yang Kaya Sibuk Dengan Kekayaannya, yang Miskin Sibuk dengan Kemiskinannya

JAKARTA, suaramuhammadiyah.id— Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas menyatakan bahwa belakangan ini ada fenomena miris dalam praktek hubungan orang tua dan anak. Banyak perilaku kejahatan yang menimbulkan korban anak-anak lebih banyak dipengaruhi oleh pola pendidikan orang tua kepada anak.

“Saya yakin anak-anak yang menjadi korban prostitusi anak itu belum tersentuh pendidikan agama, karena kesibukan orang tuanya, yang kaya sibuk dengan kekayaannya, yang miskin sibuk dengan kemiskinannya,” ujarnya, Kamis (15/9) dalam dialog Polri dengan tema “Menguak Tabir Prostitusi Online Anak”.

Wakil Ketua MUI ini mengingatkan para orang tua untuk lebih peduli dengan pendidikan spiritual anak. Sentuhan pendidikan agama dianggap sangat penting agar menjauhkan anak dari berbagai perilaku menyimpang dan kejahatan, termasuk  prostitusi anak yang marak terjadi belakangan ini. “Maka imbauan kepada keluarga adalah pendidikan agama dan mental dari keluarga,” paparnya.

Menurut Yunahar, pendidikan agama yang paling utama didapat dari ibu dibawah bimbingan ayah. Agar anak mau mengikuti pendidikan agama tersebut, maka harus ada teladan dan contoh yang baik dari para orang tua, lalu ada pembiasaan dan nasihat yang baik. Nasihat dapat diberikan lewat cerita atau kisah-kisah.

“Pendidikan agama di rumah harus membentuk teladan, enggak usah memberi nasihat tapi berikan contoh dan ketauladanan. Beri kebiasaan yang baik,” ungkap Yunahar

Tak hanya itu, factor kesibukan orang tua harus bisa disiasati dengan sebaik-baiknya. “Yang juga penting adalah pendidikan pengawasan dimana orang tua harus punya waktu untuk mengawasi anak serta pendidikan dengan sanksi dan apresiasi,” kata Yunahar.

Setelah keluarga, peran institusi sekolah termasuk pesantren juga sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. “Jika orang tua tidak mampu menjaga, harapan selanjutnya adalah sekolah, namun berapa banyak saat ini guru yang peduli terhadap muridnya dan berapa lama anak di sekolah,” ujar Yunahar. (Ribas)

Exit mobile version