JAKARTA, Suara Muhammadiyah,- Tidak mendaftar melalui mekanisme yang telah ditetapkan partai, pasangan calon gubernur Ahok – Djarot ditetapkan oleh PDIIP sebagai calon dalam Pilkada DKI 2017, Penetapan dilakukan Selasa malam (20/9/16) dengan syarat PDIP sebagai pengusung utama dan direncanaka Rabu (21/9/15) pasangan ini mendaftar ke KPU DKI,
“ Saya ucapkan selamat kepada Pak Ahok dan Pak Djarot yang telah diputuskan DPP PDIP sebagai Cagub dan Cawagub DKI Jakarta malam ini” tulis Yusril Ihza Mahendra dalam akun twiternya, Yusril menyarankan kepada PDIP agar lain kali yidak usah membuka pendaftaran calon Guberbur dan Wakil Guberbur jika memang sudah mempunyai calon yang telah diandalkan.
Pasalnya, fit and proper testyang dilakukan PDIP tak berdampak pada keputusan Megawati yang tetap menjagokan keduanya. Ini menurut Yusril akan membuat kecewa orang yang ikut mendaftar dalam penjaringan PDIP.
Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra, mengatakan pihaknya menghormati apa yang telah diputuskan PDIP. Pasalnya, semua itu sudah melalui mekanisme yang ada di dalamnya.
Menurutnya, meski beberapa waktu lalu PDIP membuka pendaftaran calon Gubernur DKI, namun tak berdampak apapun. Pasalnya, hasil yang didapatkan bukanlah yang dihasilkan dari penjaringan yang dilakukan selama ini.
“Kami sudah sama-sama maklum. Walaupun dilakukan penjaringan dan seleksi, pada akhirnya Ibu Megawati juga yang mengambil keputusan,” ujar Yusril, yang juga turut mendaftar ke PDIP.
Meski Ahok-Djarot tak mengikuti fit and proper test, Yusril sangat menghormati langkah itu. Karena tetap saja yang dipilih itu merupakan orang-orang yang ada di lingkarannya.
“Barang kali setelah diputuskan, Pak Ahok akan jadi kader PDIP,
tutur mantan menteri Hukum dan HAM.
Baca: Dulu Ahok Ngotot Petahana Harus Cuti Kini Ngotot Nggak Perlu Cuti
Untuk itu, Yusril berpesan, di masa yang akan datang, lebih baik partai yang sudah punya pendirian tak usah membuka peluang bagi orang lain. Karena hal itu pastinya akan membuat kecewa calon-calon yang ikut mendaftar sebagaimana yang mendaftar si PDIP.
Baca: Rizal Ramli: Kita Gusur Raja Gokil di Jakarta
Ahok sendiri ketika disuruh oleh PDIP tidak mau mendaftar dan memilih maju Pilkada DKI lewat mekanisme calon independen bersama Teman Ahok, Setelah ada partai yang siap mrngusung (Nasdem, Hanura dan Golkar), jerih payah Teman Ahok diabaikan dan memilih maju lewat partai .
Baca: Forum RT/RW Se-DKI Jakarta Demo Ahok
Kini partai pendukung awal Ahok hanya dijadikan pendanping pencalonannya, setelah PDIP mencalonkan Ahok dan Djarot. PDIP meminta sebagai pengusung utama pencalonan dan partai lainnya hany pengusung pendanping (le).