Haedar Nashir: Umat Islam Asyik Bernostalgia, Perlu Rekonstruksi Paradigma Keislaman

Haedar Nashir: Umat Islam Asyik Bernostalgia, Perlu Rekonstruksi Paradigma Keislaman

JEMBER, Suara Muhammadiyah – Islam pada abad sebelumnya dikenal sebagai agama peradaban. Migrasi umat Islam ke berbagai kawasan di negara-negara Eropa, selalu melahirkan peradaban baru. Namun kini, ironisnya, umat Islam justru terbelakang dalam melahirkan peradaban dan pemikiran baru.

Demikian salah salah satu pandangan Dr Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat menjadi keynote speaker dalam acara Konferensi Internasional Pembangunan Islam yang diselenggarakan oleh Universitas Jember, Kamis (22/9).

Di Indonesia, kata Haedar, umat Islam berada sebagai posisi mayoritas, namun umat Islam di Indonesia belum mampu menghadirkan Islam sebagai agama peradaban yang utuh. Sehingga sangat diperlukan adanya rekonstruksi paradigma keislaman.

“Justru sebagian umat Islam di Indonesia begitu asyik bernostalgia dengan budaya-budaya lama, yang belum tentu semuanya memberikan impac bagi kemajuan Islam, boleh saja kita bernostalgia dengan budaya dan peninggalan lama, namun tidak dijadikan segalanya dalam keislaman kita”, tutur Haedar.

Baca: Haedar Nashir Uraikan Tiga Pandangan Islam Muhammadiyah

Sebab menurutnya, budaya maupun pemikiran-pemikiran Islam terdahulu, bersifat dinamis dan harus mampu berdinamika dengan tantangan dan kemajuan zaman.

Oleh karena itu, Muhammadiyah menjadikan paradigma Islam Berkemajuan, dengan tujuan agar pemikiran dan budaya keislaman, mampu membuka diri dan berdialog dengan luar dirinya.

“Kita perlu berdialog dan berdinamika dengan gagasan dan budaya-budaya Islam di luar, agar cara pandang keislaman kita, tidak sempit dan tertutup”, tambahnya.

Baca: Haedar Nashir: Antar Golongan Umat Islam Jangan Saling Menyingkirkan!

Islam berkemajuan menurut Haedar, ingin menempatkan pandangan Islam secara lebih luas dalam melihat persoalan zaman.

Begitu juga hal nya dalam hubungan sosial keagamaan, Haedar memandang, ummat Islam harus mampu berkolaborasi dan membangun satu persepsi yang sama, dalam mendorong pemikiran dan kemajuan Islam, bukannya saling membuang, menyingkirkan dan menjatuhkan. Dan sesungguhnya, ini hal utama yang mesti didorong oleh tokoh-tokoh dan Umat Islam.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen PBNU Dr Helmi Faisal Zaini mengatakan bahwa persolan Islam hari ini, tidak lepas dari turbulensi kehidupan dunia sekarang, berbagai gejolak politik, ekonomi dan budaya, menjadi satu persoalan tersendiri bagi umat Islam untuk maju. “Semestinya, Islam harus dapat menjadi kekuatan melalui paradigama pemikirannya ke depan,” katanya (Dn).

Baca: Haedar Nashir: Membiarkan Orang Miskin Tertindas Tanda Tidak Bertauhid

Exit mobile version