SRAGEN, Suara Muhammadiyah-Jumlah hewan kurban yang dihimpun oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) Sragen dari warga Sragen capai 1.740 ekor yang terdiri atas 564 ekor sapi dan 1.176 ekor kambing. Jumlah hewan kurban itu diperkirakan bernilai Rp 12,2 miliar.
Perhitungan itu disampaikan Manajer Program Lazismu Sragen, Risal Putrantara. Dia mengatakan hewan kurban terbanyak, berada di Kecamatan Sragen Kota, yakni 296 ekor. Data tersebut telah dikirim ke Lazismu pusat.
Baca juga: Lazismu Santuni 5000 Anak Yatim & Dhuafa se-Kabupaten Sragen
Ketua Lazismu Sragen, Ikhwanusoffa, mengatakan pendataan terakhir jumlah warga yang berkurban dari Lazismu pusat mencapai 149.885 orang sedangkan di Sragen 5.124 orang. Dia menyampaikan Sragen berkontribusi 3,5% kurban nasional di internal Muhammadiyah. Pendataan hewan kurban itu dimulai Lazismu pusat pada 2012 dengan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) dengan 85.000 warga yang berkurban. Setiap tahun, menurut Ikhwanusoffa, data yang diperoleh Lazismu pusat mampu menumbangkan rekor sendiri.
“Kalau di Sragen pendataan hewan kurban baru dimulai 2016 ini. Tren yang berkembang di Sragen selalu ada peningkatan jumlah pengkurban, walau pun kami belum bisa menyajikan data warga yang berkurban tahun 2015. Peningkatan itu disebabkan oleh tingginya kesadaran masyarakat. Sosialisasi, branding, ternyata berbanding lurus dengan hasil,” katanya.
Baca juga: Lazismu Sragen Berikan Santunan Door To Door
Ke depan, Ikhwan ingin mendata dengan sistem yang mudah dengan pelaporan per kecamatan yang jelas pula. Selain itu, dia akan memetakan penyaluran hewan kurban ke daerah-daerah minus dan keluarga miskin. Penyaluran itu, kata dia, sudah dilakukan tetapi belum terpetakan dengan baik.
Kabag Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Setda) Sragen, Budiyanto, mengaku tidak mendata jumlah hewan kurban pada 2016. Padahal pada 2014, Pemkab memiliki data jumlah hewan kurban kambing sebanyak 10.203 ekor dan sapi 3.524 ekor. Pemkab tidak memiliki data jumlah hewan kurban pada 2015. “Kami memang tidak mendata hewan kurban itu. Tahun lalu juga tidak didata,” ujarnya.
Pengurus Lazismu Nadhatul Ulama (Lazisnu) Sragen, Sunyoto, menyampaikan Lazisnu pasif dalam pendataan hewan kurban. Dia mengatakan selama ini tidak pernah ada pendataa hewan kurban di lingkungan Nahdiyyin. “Biasanya di masjid-masjid itu yang berkurban dikoordinasi oleh warga setempat,” kata dia (trh).