Hajriyanto Y Thohari: Asosiasi Petani Kurang, Harga Produk Pertanian Ditentukan Tengkulak

Hajriyanto Y Thohari: Asosiasi Petani Kurang, Harga Produk Pertanian Ditentukan Tengkulak

GUNUNG KIDUL, Suara Muhammadiyah — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkunan Hidup dan Zakat Infak dan Shadaqah, Drs H Hajriyanto Y Thohari MA menyatakan bahwa persoalan petani di Indonesia masih banyak. Salah satunya dalam menentukan harga produk pertanian. Penyebabnya adalah nilai tawar petani masih rendah sehingga tengkulak yang memiliki peranan besar dalam menentukan harga dan sering merugikan petani.

Jika persoalan ini bisa diatasi, maka kesejahteraan para petani bisa ditingkatkan. Hal itu dikatakan Hajriyanto dalam kegiatan ‘Panen Raya Singkong dan Pelatihan Pembibitan Singkong Kingkong’ di Dusun Sawah, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (26/9).

Panen raya singkong binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) itu turut dihadiri Wakil Bupati Gunungkidul Drs Immawan Wahyudi MH, Ketua MPM PP Muhammadiyah Dr M Nurul Yamin, serta Cambat Tanjungsari, Lurah Hargo sari, 100 undangan dari MPM PDM Gunungkidul dan PCM Hargosari.

Meskipun hasil panen meningkat pesat, namun Hajriyanto mengaku kecewa karena harga singkong yang rendah. “Ini menjadi PR pemerintah tentang menaikan posisi tawar petani,” ujar Hajriyanto.

Mantan Wakil Ketua MPR RI itu menarankan bahwa salah satu cara untuk menaikan posisi tawar para petani adalah dengan membuat asosiasi petani singkong. Kemudian asosiasi petani ini membentuk koperasi yang diurus dengan sebaik-baiknya, untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.

“Kita ini persatuan dalam bentuk asosiasi pertanian itu kurang. Sehingga posisi yang menentukan harga produk pertanian lebih dipegang oleh para tengkulak dan biasanya merugikan para petani,” katanya.

MPM PP Muhammadiyah yang telah mendampingi petani untuk meningkatkan produk pertanian dianggap Hajriyanto sudah baik. Namun pendampingan ini dinilainya belum cukup dan mengharapkan MPM mendampingi petani hingga pasca panen secara komprehensif dan berkelanjutan.

“MPM saya rasa ke depan harus lebih mengintensifkan pendampingan bagi para petani, tetapi pendampingan secara utuh dan komprehensif. Tidak hanya pendampingan dalam hal meningkatkan technical skill dalam hal menanam lalu memproduksi hasil pertanian, tetapi juga pendampingan pasca panen,” tandasnya.

Ketua MPM PP Muhammadiyah Dr M Nurul Yamin dalam kesempatan itu mengatakan, MPM telah mengantisipasi melimpahnya produksi hasil pertanian, khususnya singkong. Ada 40 varian jenis olahan pangan singkong yang telah diajarkan kepada para petani. Namun pihaknya juga melatih pengemasan, marketing, dan jaringan pemasaran sehingga produk olahan laku di pasaran. MPM juga menfasilitasi penjulan produk binaan melalui Toko Online Kedaimu.com.

Yamin menyatakan bahwa MPM melalui divisi pertanian terpadu menggerakkan kembali petani untuk memiliki asosiasi yang kuat. Salah satunya, penguatan kelembagaan petani melalui jaringan petani pelopor Muhammadiyah. “Jadi meskipun bapak ibu petani sudah ada asosiasi di masing-masing tempat itu, kita akan membentuk suatu kelembagaan dalam penguatan petani,” tandas Yamin.

Sementara Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengapresiasi upaya MPM PP Muhammadiyah. Kesuksesan ini harus diikut dengan penguatan kelembagaan petani singkong, peningkatan mutu kebersihan singkong untuk menghasilkan produk olahan pangan singkong yang baik dan higienis (Ribas).

Exit mobile version