Pidato Milad Muhammadiyah Ke-104 /107

Pidato Milad Muhammadiyah Ke-104 /107

PIDATO MILAD MUHAMMADIYAH KE-104 / 107
TAHUN 2016 M/1437 H

MEMBANGUN KARAKTER INDONESIA BERKEMAJUAN

Alhamdulillah Muhammadiyah telah berusia 104 tahun dalam hitungan Miladiyah dan 107 tahun dalam bilangan Hijriyah. Kita bersyukur kepada Allah karena berkat karunia dan ridha-Nya, Muhammadiyah mampu bertahan dan berkembang dengan istiqamah dalam menyebarluaskan dan memajukan misi dakwah dan tajdid menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang dicita-citakan selama ini. Bersama dengan itu kita berdo’a disertai ikhtiar terus-menerus agar Muhammadiyah senantiasa tetap bersinar memancarkan cahaya pencerahan dan memberikan kemanfaatan terbaik untuk kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal dalam bingkai rahmatan lil-‘alamin.

Hadirin yang kami hormati
Pada milad ke 107 ini, Muhammadiyah mengambil tema Membangun Karakter Indonesia Berkemajuan. Membangun karakter ialah membentuk kepribadian yang khas berbasis nilai-nilai Islam al-akhlaq al-karimah untuk melahirkan sosok insan muslim Indonesia yang berbuat kebajikan-kebajikan serba utama dalam kehidupan di lingkup individu, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan global. Hal itu senafas dengan misi risalah Nabi sebagaimana dalam salah satu hadisnya, “innama bu’itstu li-utammima makarima al-akhlaq”, bahwa “aku diutus untuk menyempurnakan perangai manusia”.
Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim harus dibangun di atas pribadi-pribadi yang berkarakter mulia seperti kuat dalam memegang prinsip kebenaran, berbuat berbagai macam kebaikan, dan menepati batas-batas kepantasan dalam kehidupannya berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya. Mereka adalah pribadi-pribadi yang beraqidah, beribadah, berakhlaq, dan bermua’amalah dengan benar dan baik serta memancarkan keutamaan-keutamaan dalam hidupnya yang membawa kemaslahatan pada kehidupan semesta. Mereka menjauhkan diri dari dosa, salah, dan keburukan serta tidak berbuat kerusakan di muka bumi dalam bentuk apapun seperti kekerasan, korupsi, kejahatan, merusak alam, dan hal-hal yang dilarang ajaran Islam serta menimbulkan mafsadat di persada alam raya.
Umat dan bangsa yang memiliki karakter berkemajuan selain berperilaku emas juga cerdas, berilmu, terampil, kreatif, inovatif, mandiri, berdaya saing, dan sifat-sifat maju lainnya sehingga menjadi insan berkeunggulan. Mereka tumbuh-mekar menjadi insan yang bermasyarakat, berbangsa, dan berpergaulan global dengan karakter kuat dan maju, sekaligus memberi sibghah atau celupan yang positif selaku khalifah fil-ardl dalam menyebarkan risalah Islam yang berwawasan rahmatan lil-‘alamin.
Karakter insan berkemajuan sangatlah diperlukan bagi Indonesia saat ini dan ke depan menuju Indonesa berkemajuan. Pada saat ini dunia berada di era perkembangan yang semakin dinamis dengan globalisasi yang membawa dampak positif dalam mendorong kemajuan peradaban, juga membawa dampak negatif yang melahirkan berbagai macam keburukan. Hal negatif sebagai imbas dari globalisasi yang perlu kita cermati seperti budaya permisif yang berorientasi serba boleh, hedonisme yang memuja kesenangan inderawi dan bermegah-megahan, dekadensi moral, serta merebaknya kriminalitas yang semakin canggih sebagai ancaman serius yang menggerus karakter masyararakat dan bangsa. Karenanya diperlukan filter dan sekaligus benteng untuk menyaring dan melindungi masyarakat dari virus negatif itu sehingga tumbuh dan berkembang dalam atmosfer karakter berkeunggulan yang berkeadaban.
Kalau kita membuka lembaran sejarah, para pendiri bangsa sejatinya sangat mementingkan pembangunan karakter. Salah satu hal yang dapat merefleksikan pentingnya pembangunan karakter bangsa tersebut misalnya tercermin dari penggalan syair lagu kebangsaan Indonesia Raya yakni “bangunlah jiwanya-bangunlah badannya”. Penggalan syair lagu kebangsaan dapat dimaknai bahwasannya Indonesia sebagai bangsa diniscayakan untuk memprioritaskan pembangunan jiwa, mental, moral atau karakter yang lebih bersifat substantif-hakiki di luar pembangunan yang bersifat fisik (badan) yang seringkali diprioritaskan. Ingatlah bahwa bangunan fisik itu sekuat apapun akan hancur, tetapi bangunan karakter, pola pikir, jiwa, mentalitas, dan perilaku utama diyakini akan lebih kuat dan kokoh. Sejarah bangsa-bangsa di dunia mengajarkan bahwasanya kehancuran sebuah peradaban bukan hanya karena serangan dari luar, akan tetapi juga dari dalam karena runtuhnya karakter manusianya yang terperosok dalam keadaan fi-asfal as-safilin, suatu kondisi kehidupan manusia yang jatuh ke titik terendah dalam keadaban.
Bangsa Indonesia mempunyai modal bawaan sebagai bangsa yang besar, posisi Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra luas menjadikan Indonesia berada pada posisi yang strategis dan diuntungkan. Posisi yang meniscayakan terjadinya pertemuan arus relasi antar manusia, barang dan jasa, ide, gagasan, dan ideologi terjadi sehingga bangsa ini bisa belajar, mengambil yang terbaik dan yang cocok dengan karakter bangsa ini. Kemajemukan juga menjadi modal tersendiri, bangsa ini bisa belajar bagaimana mensikapi dan mengelola perbedaan, toleran, bahu membahu, bekerjasama dalam kebaikan dan keunggulan.
Kekayaan alam yang terkandung dalam kandungan ibu pertiwi begitu melimpah sehingga menjadi bekal untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Semuanya merupakan anugerah Allah yang dilimpahkan kepada bangsa Indonesia yang tentu wajib untuk disyukuri dan tidak boleh disia-siakan. Tinggal bagaimana manusia-manusia yang menempati bumi dan tanah air Indonesia ini memanfaatkan dan memaksimalkan modal dan potensi yang sangat berharga itu dengan sebaik-baiknya sebagai wujud syukur dan iman untuk kemajuan Indonesia. Allah mengingatkan dalam Al-Quran:

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-Araf: 96).

Dalam rangka mewujudkan keunggulan dan kemajuan bangsa di era persaingan ini, Muhammadiyah memandang sangat penting pembangunan karakter. Manusia yang berkarakter yang diharapkan Muhammadiyah dicirikan oleh kapasitas mentalitas yang utama seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran dan kuat memegang prinsip. Manusia Indonesia yang berkarakter kuat dan melekat dengan kepribadian bangsa yaitu manusia yang memiliki sifat relijius, moderat, cerdas, mandiri, berilmu, serta mempunyai relasi sosial dan solidaritas yang konstruktif dalam kehidupan kolektif. Dalam kepentingan membangun karakter emas tersebut diperlukan pendidikan yang mencerahkan dengan menjadikan agama sebagai sumber nilai utama kehidupan.
Karenanya dengan upaya melakukan pembangunan karakter bangsa, Muhammadyah sedang dan akan terus meningkatkan peran dakwah dan tajdid pencerahan menuju terbentuknya keadaban bangsa yang berkemajuan. Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting dan jamaah dengan seluruh kekuatannya harus terus bergerak melakukan usaha-usaha memajukan kehidupan bangsa menuju peradaban yang mencerahkan. Muhammadiyah dan segenap elemen bangsa dituntut untuk menyelamatkan generasi masa depan dari virus yang meruntuhkan karakter utama seraya membimbing anak-anak bangsa dengan basis iman dan ilmu menuju derajat kehidupan yang berkeunggulan sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

Artinya: “… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..” (QS Al-Mujadilah:11).

Akhirnya kita bermunajat kepada Allah SWT semoga Muhammadiyah senantiasa istiqamah menjalankan misi dakwah dan tajdid, serta berharap agar bangsa Indonesia di negeri tercinta ini memperoleh lindungan dan berkah dari-Nya. Nashrun min Allah wa fathun qarib.

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Exit mobile version