BANDUNG, Suara Muhammadiyah—Fenomena Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi menghebohkan public. Kesaktiannya menggandakan uang membuat banyak pihak penasaran. Video berkaitan dengan Dimas Kanjeng sontak menjadi viral di dunia maya.
Guru besar sosiologi UIN Sunan Gunung Jati, Bandung dan juga ketua PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad menyatakan bahwa fenomena Dimas Kanjeng menjadi otokritik bagi semua. Termasuk bagi ormas Islam seperti Muhammadiyah untuk lebih giat membina umat.
“Masyarakat kita sudah materialistik. Uang menjadi obsesi mereka. Karena negeri kita yang sangat liberal ini menjadikan masyarakatnya berlomba-lomba dalam mencari uang bagaimanapun caranya,” tutur Dadang kepada Suara Muhammadiyah.
Terkait dengan banyaknya masyarakat yang mudah tergoda dengan materi, Dadang melihat bahwa masyarakat juga terjangkiti sikap untuk menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara mistik. “Masyarakat kita menyenangi jalan pintas, tidak mau susah berusaha. sehingga ada tawaran memperoleh kekayaan dengan jalan pintas mereka antusias langsung percaya walaupun tidak rasional,” paparnya.
Menyikapi hal itu, Dadang menyatakan bahwa masyarakat harus dicerahkan, dicerdaskan dan diberdayakan secara menyeluruh. “Solusinya memerlukan langkah komprehenshif. Melalui pendidikan yang mencerahkan dan mencerdaskan. jangan hanya sekolah tetapi seluruh lapisan masyarakat perlu disadarkan melalui pendidikan masyarakat,” kata Dadang.
Selain aspek pendidikan, Dadang juga mengingatkan supaya tiodak melupakan aspek pembinaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat serta pembinaan keagamaan yang baik dan berkemajuan,” ungkapnya.
Ormas Islam seperti Muhammadiyah, menurut Dadang harus mengambil peran lebih besar lagi. Muhammadiyah perlu merumuskan strategi dakwah yang fungsional dan mencerahkan, yang meliputi pendidikan dan ekonomi. Jika masyarakat berpendidikan, ia cenderung tidak mudah tergoda dengan hal-hal irasional. Dengan pendidikan juga, masyarakat akan tergerak untuk mandiri.
“Kondisi masyarakat seperti di atas harus menjadi bahan pertimbangan. Kondisi masyarakat seperti ini untuk bahan kita, merumuskan strategi Dakwah Islam yang fungsional dan mencerahkan. Berita buruknya justru banyak ormas islam yang menjadi back up orang seperti Dimas Kanjeng tersebut dan ada ormas Islam yang mempraktekan misik dan di luar nalar seperti itu,” pungkas Dadang Kahmad (Ribas).