YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas menyatakan bahwa Muhammadiyah tidak akan terjebak pada perdebatan tidak produktif terkait isu PKI atau komunisme. Yunahar yakin bahwa PKI merupakan paham ideology yang sudah usang dan tidak akan bangkit lagi di Indonesia. Meskipun tidak akan menghegemoni lagi, namun semua pihak tetap harus waspada, karena ideology apapun tidak akan pernah benar-benar mati.
“Muhammadiyah tidak masuk ke isu PKI itu. Karena menganggap ini ada skrenario yang menggiring ke isu ini. Muhammadiyah tidak mau terjebak. Bahwa Muhammadiyah anti PKI, itu gak usah ditanyakan lagi, siapa yang meragukan. Tapi kita tidak mau masuk ke isu itu. Muhammadiyah cuma mengatakan mari waspada, jangan dibesar-besarkan untuk tujuan politik-politik tertentu. Kita tetap waspada dan tidak menafikan sama sekali,” ungkap Yunahar Ilyas.
“Saya kira PKI tidak akan bangkit lagi. Kalau PKI bangkit nanti TNI-TNI yang akan menghadapi PKI. Kita tetap waspada, tetapi jangan berlebihan. Kalau sama saya dalam waktu dekat PKI tidak akan bangkit lagi,” tegasnya. Yuhanar justru prihatin dengan adanya perdebatan yang tidak perlu terkait PKI.
Terkait dengan adanya gembar-gembor menuntut pengadilan HAM atas peristiwa PKI, Yunahar menyatakan bahwa semua pihak harus bijak menyikapinya. ” Yang perlu dijaga sekarang itu kan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan HAM. Bahkan sampai buat pengadilan rakyat di Den Hag Belanda,” kata Yunahar.
Yunahar mengingatkan bahwa PKI terkait dengan persoalan kemiskinan. “Jangan sampai ada ketidakadilan. Jika kemiskinan semakin kuat, tumbuh subur dia. Karena basis utama PKI di kantong-kantong kemiskinan. Bentengnya adalah agama,” papar Yunahar, yang menyebut PKI itu ideologinya menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan.
Pemutarbalikan fakta tentang PKI, kata Yunahar, harus ada yang membenahi dan menjelaskan sejarah yang sebenarnya. “Pemutarbalikan fakta seolah yang jadi korban PKI? Tidak. Mereka korban karena reaksi dari apa yang mereka lakukan juga. Sebagaimana sebelumnya pesantren, tokoh-tokoh, ulama dibantai, dibunuh oleh PKI. Tapi fakta yang sebenarnya ini malah diputarbalikkan,” kata Yuhanar (Ribas).