Taufik Ismail: Waspadai Kebangkitan Komunisme Gaya Baru

Taufik Ismail: Waspadai Kebangkitan Komunisme Gaya Baru

Taufiq Ismail Kompas/Frans Sartono (XAR)

Komunisme telah melakukan 4 kali kudeta di Indonesia. Keempatnya gagal. Meski gagal, komunis berusaha bangkit di Indonesia. Upaya untuk merehabilitasi diri sudah mereka lakukan, bahkan meminta pemerintah untuk minta maaf.

Untuk memperbincangkan hal ini, Lutfi Effendi dari Suara Muhammadiyah menghubungi Sastrawan Taufik Ismail. Ia merupakan penggagas Manifes Kebudayaan untuk mengimbangi Lekra yang menginduk pada Partai Komunis Indonesia (PKI). Berikut ini hasil perbincangan yang dikemas dalam bentuk dialog:

Komunisme telah diharamkan di Indonesia melalui  Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 akankah mereka bangkit lagi di Indonesia?
Ya mereka muncul lagi, paling tidak sudah terdeteksi tahun 2014. Komunisme Gaya Baru (KGB) saat itu mulai mengibarkan bendera merah. KGB  atau Neo-PKI itu masih mengusung ideologi komunis yang sudah tidak laku lagi dijual di dunia ini. Dan mereka terus berusaha untuk hidup dan diakui pemerintah.

Apakah yang mereka perjuangkan saat ini?
KGB dengan nyinyir mengulang-ulang bahwa mereka dizalimi, tidak pernah mengakui bahwa sebelumnya PKI meneror umat Islam, melakukan pembunuhan-pembunuhan yang keji. Itu tidak pernah diakui.
Padahal aksi senantiasa diikuti reaksi. Yang disebut selalu reaksi, yang dipersalahkan senantiasa reaksi. Pembohongan ini dilakukan terus-menerus: aksi tidak pernah disebut, apalagi diakui.
Kemudian, dalam jalur di luar logika normal ini, KGB menuntut bahwa sama sekali tidak cocok dengan akal waras.


Bagaimana mestinya?
Kalau mau menyebut tentang ganti rugi dengan uang, yang pertama harus diganti rugi adalah korban pembantaian terhadap umat Islam sesudah diproklamirkannya Republik Sovyet di Madiun, 18 September 1948. Berikutnya: PKI mestinya diadili. Tapi dengan jiwa besar Sukarno-Hatta mengampuni mereka, dan malah membolehkan PKI ikut Pemilu 1955.
Apa sebetulnya yang dilakukan Komunis di Indonesia?
Komunisme di Indonesia ditandai oleh hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Di dunia yang paling banyak melakukan perebutan kekuasaan adalah PKI. PKI mencoba merebut kekuasaan 4 kali di Indonesia dan gagal semuanya. Dari peristiwa 1926, 1946, 1948 dan 1965 itu, dua yang terakhir ini, Madiun dan Gestapu dilakukan saat Indonesia telah merdeka dan paling bergelimang darah.
Pada tanggal 19 September 1948, sehari sesudah proklamasi Republik Sovyet Indonesia di Madiun, PKI dan pasukan pro-komunis menangkapi Pamong Praja dan Kiai serta Alim Ulama dari pesantren-pesantren sekitar kota Madiun, kemudian berpuluh-puluh mereka digiring ke luar kota untuk dibunuh secara kejam.
Tujuhbelas tahun kemudian, PKI kudeta lewat Gestapu 1965. Sesudah gagal 1927, 1946 dan 1948, dibikinlah skenario baru sandiwara ketoprak kudeta oleh DN Aidit melalui Biro Khusus PKI, yaitu dibuat seakan-akan pembunuhan 7 jenderal (berhasil 6) itu dilakukan oleh tentara sendiri (istilah tipuannya: “masalah intern Angkatan Darat”). Gerak tipu memualkan ini dipropagandakan terus-menerus sehingga kalimat “masalah intern Angkatan Darat” tertancap di dalam buku sejarah. Sangat tidak masuk akal sesama militer Indonesia, yang didewasakan oleh Revolusi 1945 akan menjagal jenderal-jenderalnya.
PKI sangat sukses menyusupkan kadernya Untung ke dalam Angkatan Darat, sampai menjadi Komandan Tjakrabirawa dan melakukan komplotan pembunuhan pengecut terhadap 6 Jenderal TNI tersebut, karena melaksanakan keputusan Biro Khusus PKI, lewat instruksi DN Aidit.

Kenapa mereka selalu melakukan kudeta?
Penyebabnya adalah sebuah kalimat terpenting dalam buku rujukan tertinggi ideologi ini, yaitu Manifesto Komunis, disusun pada tahun 1848 oleh Karl Marx (30 tahun) dan Friedrich Engels (28 tahun), yang menyebutkan bahwa tujuan ideologi adalah “perebutan kekuasaan dengan kekerasan,” sampai pada penumpahan darah. Itulah tujuan ideologi tersebut, yang disebut secara blak-blakan.
Komunisme merebut kekuasaan di 76 negara (1917-1991), berhasil di 28 negara, gagal di 48 negara. Rata-rata Partai Komunis satu kali kudeta di satu negara. Di dunia yang paling banyak adalah PKI, yang mencoba merebut kekuasaan 4 kali di Indonesia, yang dilaknati Allah, dan gagal semuanya. Dari peristiwa 1926, 1946, 1948 dan 1965 itu, dua yang terakhir ini, Madiun dan Gestapu, paling bergelimang darah.

Itu pulakah kenapa dalam melakukan kudeta selalu dengan pertumpahan darah dan kekejaman?
Iya. Tetapi ada tambahan suntikan dari Vladimir Lenin yang membuat komunis itu melakukan tindakan itu.
Dua kalimat favorit aktivis komunis ucapan Vladimir Lenin (1870-1924) adalah pertama: “Saya suka mendengarkan musik yang merdu, tapi di tengah revolusi sekarang ini, yang perlu adalah membelah tengkorak, menjalankan keganasan dan berjalan dalam lautan darah.”
Kalimat favorit kedua: “Tidak jadi soal bila ¾ penduduk dunia habis, asal yang tinggal ¼ itu komunis. Untuk melaksanakan komunisme, kita tidak gentar berjalan di atas mayat 30 juta orang.”
Dalam merebut kekuasaan, segala cara kekerasan digunakan. Cara paling ampuh adalah pembantaian. Komunis dalam rentang waktu 74 tahun (1917-1991) membunuh 120 juta manusia di 76 negara.
Komunisme membantai 4.500 orang per hari selama 74 tahun di 76 negara. Partai Komunis adalah pembantai terbesar dalam sejarah dunia, sejak Nabi Adam sampai sekarang.


Untuk Indonesia, kenapa dua pemberontakan terakhir berdarah-darah sedangkan dua pemberontakan awal tidak?
Perilaku biadab ini wabahnya ditularkan pertama oleh Musso di Madiun, yang pulang kampung sesudah dia bermukim 21 tahun di Moskow, melarikan diri setelah gagal memimpin pemberontakan PKI di Jawa Tengah dan Sumatera Barat pada tahun 1926.
Selama di Moskow Musso belajar dari praktik Partai Komunis Rusia dan negara-negara tetangganya yang sedang galak-galaknya membantai lawan ideologi mereka di sana. Musso belajar dari jejak Lenin, yang selama 5 tahun berkuasa (1917-1923) membantai 500.000 rakyat Rusia anti komunis. Jejak Stalin tukang jagal bangsanya sendiri itu menghabisi 6 juta petani di desa-desa Rusia pada tahun 1929.
Perilaku biadab keganasan ideologi ini dilatihkan kepada Musso, lalu dibawanya pulang dan dipraktikkannya di Madiun serta sekitarnya. Kemudian dipraktikkan lagi pada peristiwa Gestapu.
Karenanya, peristiwa semacam ini jangan sampai terulang dengan tumbuhnya KGB pada saat ini. Ini yang perlu diwaspadai.

Apa yang perlu diwaspadai dari KGB ini?
Jangan sampai rakyat tertipu lagi. Sebelum mereka berkuasa selalu mempropagandakan diri sebagai pembela kaum buruh dan tani.
Propaganda Partai Komunis di dunia yang menjagokan diri sebagai pembela kaum buruh dan tani ternyata palsu. Propaganda nyinyir itu pembohongan sebelum mereka berkuasa. Sesudah memegang kekuasaan, yang makmur adalah petinggi-pemuka partai yang ternyata juga korup. Rakyat tetap melarat.
Itulah kenapa duapuluh empat/duapuluh lima tahun lebih yang lalu 28 negara komunis roboh seperti rumah-rumahan kartu domino ditiup kipas angin, suara gemuruhnya terdengar ke mana-mana. Dunia terkejut. Ideologi yang melandasi negara-negara itu ternyata ideologi bobrok dan akhirnya bangkrut. Namun demikian tetap harus diwaspadai (eff).

——————–

Diterbitkan dalam Suara Muhammadiyah edisi 19, 1-15 Oktober 2016, hal 13-15

 

Exit mobile version