Semua Nabi itu Aktivis, Melakukan Perlawanan Terhadap Kemapanan

Semua Nabi itu Aktivis, Melakukan Perlawanan Terhadap Kemapanan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Pendiri Social Movement Institute (SMI), Eko Prasetyo menyatakan bahwa kehidupan para nabi merupakan bagian dari kehidupan para aktivis. Mereka memiliki banyak kesamaan sebagai orang-orang yang bergerak mencerahkan peradaban, melawan kemapanan dan menolak sistem dictator atau monopolistik.

Dalam kegiatan KAMASTU (Kajian Malam Sabtu) yang diselenggarakan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Daerah Istimewa Yogyakarta, di aula Gedung PWM DIY, Jumat (30/9), Eko menyebut beberapa ciri aktivisme. Belajar dari kisah dalam al-Quran, ciri ini ada pada diri nabi, yaitu selalu bertanya tentang realitas dan melawan kemapanan.

“Semua Nabi itu aktivis. Semua nabi itu mempertanyakan realitas. Seperti Ibrahim yang bahkan sampai bertanya tentang eksistensi Tuhan. Kalau kita tidak bertanya tentang situasi maka kita kehilangan salah satu episode penting kenabian,” kata Eko yang pernah aktif di Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) pada masa Said Tuhuleley.

Menurut Eko, dari banyaknya kisah para Nabi yang melawan kemapanan para raja zalim semisal Namrud, Fir’aun, Dikyanus, dan lain-lain, maka bisa disimpulkan bahwa para nabi memiliki ideology yang sama dengan aktivis secara umum. “Keberpihakan pada kaum lemah adalah ideology kenabian,” kata Eko di hadapan peserta bedah buku “Kitab Pembebasan, Tafsir Progresif atas Kisah-kisah dalam al-Quran”, yang awalnya diterbitkan MPM.

Para aktivis dan nabi, kata Eko, memiliki kekhasan sebagai orang-orang yang memiliki militansi tinggi, nekad, disiplin, teguh pendirian, dan konsisten. Mereka memiliki keyakinan bahwa ketika niat mereka benar, berani memihak dan berjuang untuk membela sesama dan menegakkan kebenaran, maka pertolongan Allah selalu datang di saat-saat genting. “Aktivis itu menyakini, kamu akan dapat mukjizat jika kamu nekad,” ujar Eko.

Alamarhum Said Tuhuleley dalam prolog buku ini mengapresiasi karya yang menggugah kesadaran anak muda untuk peduli dengan aktivitas sosial. Said menulis: “Tanpa bermaksud menafsirkan ayat Al-Quran secara keseluruhan, buku ini membawa kita pada suatu sisi penting dalam hidup bermasyarakat, yaitu perlawanan terhadap kezaliman, Pelawanan! Ya, perlawanan. Sebab hanya dengan itu kita dapa menghadapi rezim yang menindas dan berlaku tidak adil kepada rakyat banyak,” (Ribas).

Exit mobile version