Berangkat dari pelatihan kader di Universitas Muhammadiyah Jakarta inilah Kokam mulai diinisiasi oleh Drs Lukman Harun pada tanggal 1 oktober 1965, yang meminta Letnan Kolonel HS Projokusumo memimpin langsung pembentukan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM), pembentukan dilatarbelakangi oleh tersebarnya berita pemberontakan yang dipimpin PKI yang telah membunuh 7 perwira angkatan darat, maka langsung Drs Lukman Harun memberikan mandat kepada Letnan Kolonel HS Projokusumo untuk membentuk pasukan khusus dari Muhammadiyah yang bisa bersiapsiaga terhadap berbagai kemungkinan gangguan terhadap Negara Kesatauan Republik Indonesia (NKRI).
Pada saat itu, permintaan untuk menjadi pasukan siapsiaga ditujukan kepada seluruh warga Muhammadiyah baik muda maupun tua, sebagai panggilan jihad untuk membela keutuhan dan ideologi negara dari Partai Komunis Indonesia yang membenci kelompok Islam, dalam waktu singkat Kokam terbentuk diseluruh Indonesia.
Berangkat dari dua peristiwa penting yang menjadi raison d’etre berdirinya Kokam, setidaknya, ada 2 ruh utama, yang harus dirawat oleh Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM), yakni. hubbul wathon minal iman” dan “ Ukhuwah Islamiyah”.
Bagi Pemuda Muhammadiyah, khususnya Kokam, kecintaan terhadap Islam juga bermakna kecintaan terhadap Indonesia, merawat Indonesia bermakna merawat Islam. Ukhuwah Islamiyah bermakna, bahwa Kokam siap berdiri digarda yang paling depan membela dan menjaga kehormatan Umat Islam melalui Muhammadiyah.Semangat ini yang harus terus dirawat oleh semua kader Kokam.
Zaman terus berkembang, tentu Kokam juga harus beradaptasi dengan perubahan jaman tersebut, tidak cukup pemaknaan Ukhuwah Islamiyah saja untuk memajukan dan menggembirakan dakwah, tetapi harus pula merawat sikap dan watak menjaga ukhuwah basyariah, maka gerakan-gerakan kemanusian saat ini mulai menjadi garda terdepan dalam gerakan pelayanan Kokam Pemuda Muhammadiyah. Kokam direvitalisasi menjadi pasukan kesiapsiagaan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kemasyarakatan dan bencana alam, Kokam tidak boleh menjadi segerombolan orang yang mengedepankan kekerasan tetapi Kokam tampil dengan watak melindungi dan menggembirakan kelompok mustadhafin.
Komunisme telah banyak gagal dan sulit tumbuh di dunia saat ini, maka tantangan terbesar Kokam jelang 51 tahun adalah menampilkan Kokam sebagai kader Muhammadiyah yang mampu bersiapsiaga menghadapi ancaman-ancaman dekadensi akhlak anak bangsa, tampil sebagai kelompok yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan sosial, namun tentu tidak berkompromi dengan kemungkaran, karena kesejatian Kokam adalah melawan kemungkaran. Kasus Siyono setidaknya menggambarkan penting dan strategisnya peran Kokam sebagai garda terdepan dakwah Islam melalui Muhammadiyah, itu pulalah yang menjadi alasan saya mendorong Wajib Kokam untuk seluruh kader Pemuda Muhammadiyah di Indonesia. Bila beberapa negara punya program wajib militer, maka Muhammadiyah punya program wajib Kokam. Selamat Milad ke 51 Kokam Pemuda Muhammadiyah.•
—–
Dahnil Anzar Simanjuntak, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah