Artinya: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah [pertama] seseorang yang dinyatakan mati syahid. Selanjutnya, ia dihadirkan (ke mahkamah Ilahi), lalu Allah menunjukkan kepadanya segala nikmat-Nya, maka ia pun mengetahuinya. Kemudian Allah bertanya: “Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Orang itu pun menjawab: “Saya berperang karena Engkau sampai saya mati syahid.” Allah menyangkal: “Kamu berdusta! Kamu berperang karena ingin disebut sebagai pemberani!” Kemudian [malaikat pun]diperintahkan untuk menyeretnya dengan kepala di bawah, dan melemparkannya ke dalam neraka;
Rasulullah saw melanjutkan ceritanya:
Artinya: “ …dan [kedua] adalah seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an. Ia pun dihadirkan (ke mahkamah Ilahi), lalu Allah menunjukkan kepadanya segala nikmat-Nya, maka ia pun mengetahuinya. Kemudian Allah bertanya: “Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Orang itu pun menjawab: “Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an semata-mata karena Engkau.” Allah menyangkal: “Kamu berdusta! Kamu melakukannya karena ingin disebut sebagai orang yang alim!” Kemudian [malaikat pun] diperintahkan untuk menyeretnya dengan kepala di bawah, dan melemparkannya ke dalam neraka;….
Rasulullah saw pun mengakhiri ceritanya:
Artinya: “…dan seseorang yang diberi Allah keluasan rezeki dan memberinya bermacam-macam harta benda. Selanjutnya, ia dihadirkan (ke mahkamah Ilahi), kemudian Allah memberitahukan kepadanya segala nikmat-Nya, maka ia pun mengetahuinya. Lalu Allah bertanya: “Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Orang itu pun menjawab: “Saya membelanjakannya di jalan yang Engkau cintai dan menginfakkannya semata-mata karena Engkau.” Allah menyangkal: “Kamu berdusta! Kamu melakukannya karena ingin disebut sebagai dermawan!” Kemudian ia pun diseret dengan kepala di bawah, lalu dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim)
Zumratal mukminin a’azzakumullah.
Semoga riwayat di atas mendorong kita untuk bersikap waspada dalam menjalani kehidupan di dunia ini, untuk berhati-hati dalam menata hati dan niat yang benar, yang ikhlas semata-mata karena Allah.
Tentu saja sabda Rasulullah di atas tidak membatasi hanya pada tiga orang tersebut. Profesi-profesi lain yang ditekuni manusia di segala bidang kehidupan mempunyai kemungkinan dan peluang yang sama untuk mengalami nasib serupa. Naudzu billahi min dzalik.
—-
Drs Setyadi Rahman, MPI adalah Guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Dosen STAIT Jogja.