KAIRO, Suara Muhammadiyah-Pemimpin senior Ikhwanul Muslimin (IM) Dr Mohamed Kamal dan rekannya Yasser Shehata dikabarkan tewas ditangan aparat militer Mesir setelah keduanya ditangkap dan dibawa ke kediamannya.
Aparat militer mengatakan bahwa mereka ditembak setelah adanya kejadian baku serang antara kepolisian dan kedua petinggi IM tersebut. Namun, dalam laman resmi Ikhwanweb.com, IM membantah adanya baku tembak antara kedua pihak. Para anggota kelompok mengaku sempat kehilangan kontak dengan Dr Kamal dan Shehata saat penangkapan tersebut terjadi.
“Semua orang tahu bahwa Dr Mohamed Kamal tidak pernah menggunakan senjata dalam seluruh hidupnya, juga tidak Dr Yasser Shehata,” dilansir dari ikhwanweb.com.
Setelah mengetahui adanya penangkapan yang dilakukan oleh kepolisian, IM memutuskan untuk menuntut investigasi internasional terhadap dugaan adanya tindakan di luar hukum yang dilakukan oleh aparat.
“Komite investigasi telah menyelidiki semua dokumen dan informasi. Dan terbukti bahwa aparat menangkap kedua pemimpin tersebut di tepi jalan tanpa perlawanan. Mereka dibawa ke kediaman Dr Kamal, dimana mereka menghabisi kedua pimpinan tersebut dengan keji. Saksi pun sempat mendengar suara tembakan sebanyak 5 kali sebelum akhirnya ambuns datang untuk membawa jasad mereka,” dilansir dari halaman resmi milik IM.
Sebelumnya, Kamal telah dituduh terlibat dalam pembentukan kelompok militer IM setelah penggulingan Presiden Morsi di tahun 2013. Ia pun dijatuhi 2 hukuman seumur hidup di Absentia atas kasus pengeboman kantor polisi di Assiut, Mesir Selatan dan pembunuhan jaksa agung Hisham Baraat. Namun Kamal terus membatah keterlibatannya dalam aksi tersebut.
Berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan, IM meminta kepada organisasi Internasional untuk melakukan investigasi terhadap kebrutalan aparat militer Mesir, agar diadili sebagai kasus extrajudicial killings terhadap revolusionaris yang tak bersenjata.
“Kami yakin rezim yang berkuasa telah melakukan puluhan kejahatan pembunuhan di luar hukum yang keji. Kami memiliki bukti hukum dan saksi yang cukup untuk mendukung fakta tersebut serta menuntut hak yang sah dan legal untuk memberikan hukuman bagi para pembunuh,” dilansir dari laman resmi IM.
Kamal adalah salah satu pemimpin terkemuka IM, anggota Biro Pembina IM dan bertanggung jawab komite administratif tertinggi di IM. Ia mengundurkan diri dari komite Mei 2016 karena ditentang oleh jajaran pimpinan Ikhwanul Muslimin tingkat atas lainnya (Th).