Kerjasama dengan Singapore Polytechnic, Proyek LEx UMM Ciptakan Kampung Industri Miniatur Truk

Kerjasama dengan Singapore Polytechnic, Proyek LEx UMM Ciptakan Kampung Industri Miniatur Truk

MALANG, Suara Muhammadiyah— Industri miniatur truk yang diprakarsai sejumlah warga Desa Temas, Kota Batu, Jawa Timur, telah menjadi alternatif pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di desa tersebut. Namun, keterbatasan produksi dan pemasaran membuat pengembangan usaha tersebut tidak berjalan secara maksimal.

Merespon hal tersebut, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam proyek Learning Express (LEx) hasil kolaborasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Singapore Polytechnic (SP) lantas melakukan observasi dan analisa untuk mencari solusi persoalan tersebut. Proyek berlangsung selama sepuluh hari, sejak Senin (26/9) hingga pameran karya dan penutupan pada Kamis (6/10).

Dengan kisaran harga yang cukup tinggi, yaitu antara 750 ribu hingga 3 juta rupiah per miniatur truk, dan permintaan pasar yang cukup stabil, industri rumahan ini dianggap sangat potensial bagi pengembangan ekonomi masyarakat desa.

Namun, perwakilan mahasiswa Politeknik Singapura Goh Ching Wen menjelaskan, setelah empat hari tinggal di rumah warga untuk terlibat langsung dengan pengelolaan industri miniatur truk, mereka menemukan bahwa, salah satu persoalan krusial yang dianggap menghambat produksi yaitu tahap pengecatan dan pencetakan yang agak lambat karena proses pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. Implikasinya, terdapat sejumlah permintaan dari pasar yang tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan waktu.

Dari hasil analisis, para mahasiswa lantas menghasilkan inovasi, yaitu membuat prototipe dryer atau mesin pengering. Dryer ini, menurut koordinator proyek LEx untuk pengelolaan industri miniatur truk Kukuh Gilang Aji Priambodo, sangat bermanfaat untuk mempercepat proses produksi. Alat ini digunakan karena tidak setiap hari matahari ada, apalagi pada musim hujan. “Dengan alat ini, produksi miniatur truk ini bisa berjalan dengan lancar tanpa terkendala musim,” jelas Kukuh.

Untuk memperluas jangkauan pasar, para mahasiswa kemudian membuat inovasi lain, portal online untuk men-display produk. Adanya portal online ini, kata Kukuh, membuat produk miniature truk dapat menjangkau hingga pasar internasional. “Tentang miniatur truk itu ada penjelasannya di portal tersebut mulai dari produk, kualitas, harga dan segala hal yang perlu diketahui konsumen,” jelasnya.

Para mahasiswa juga berpikir strategis, dengan cepatnya produksi dan bakal meningginya permintaan pasar, maka jumlah pelaku industrinya juga harus meningkat. Untuk itu, diadakanlah workshop “All About Truck” yang memuat tentang industri ini hingga manajemen dan strategi pemasarannya. Yang menjadi pesertanya adalah para pemuda desa, agar industri dapat berjalan secara berkesinambungan.

“Dengan adanya workshop tersebut, harapannya dapat merangkul seluruh lapisan masyarakat dan untuk jangka panjangnya membentuk kampung industri,” ujar Kukuh yang juga mahasiswa Hubungan Internasional UMM ini.

Salah satu pemilik usaha, Didik Suryanto, mengaku senang dan sangat terbantu dengan adanya program LEx ini. “Kami senang sekali UMM dan peserta LEx telah memberikan inspirasi dan inovasi untuk kemajuan usaha ini,” ujarnya.

LEx angkatan keenam ini diikuti oleh 48 mahasiswa UMM dan SP. Mereka dibagi dalam tiga kelompok untuk mengerjakan tiga proyek berbeda. Selain industri truk, dua proyek lainnya yaitu manajemen bank sampah serta industri panci dan oven (Humas UMM).

 

Exit mobile version