YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Tarjih, Tajdid dan Tabligh Prof Yunahar Ilyas, menyatakan bahwa karomah atau peristiwa luar biasa, selain terjadi pada para Nabi, hanya terjadi pada wali Allah dan orang-orang tertentu atas kehendak dan izin Allah. Peristiwa itu terjadi pada saat kondisi terdesak dan tidak bisa direkayasa atau diulangi kembali.
“Kalau ada yang mengaku-ngaku punya karomah itu bukan wali Allah. Jika ada orang yang bukan nabi, bukan rasul dan bukan wali, namun bisa melakukan sesuatu di luar kebiasaan, maka itu merupakan ilmu Bisa dipelajari dan ada trik tertentu. Termasuk ilmu sihir. Seperti halnya tukang sihir zaman nabi Musa,” ujarnya di Masjid Asy Syifa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat (7/10).
Menurut guru besar ilmu al-Quran itu, sihir hanya bersifat menipu pandangan mata. “Sihir tidak merubah kenyataan. Sihir hanya merubah pandangan orang. Sihir tidak bisa merubah batu menjadi dolar. Seandainya sihir bisa merubah kenyataan, maka tukang sihir bisa menjadi orang paling kaya di dunia. Dia akan merubah bukit menjadi emas, merubah kertas menjadi uang,” paparnya.
Yunahar menyatakan bahwa wali itu bersifat alamiah dan tidak melalui pencitraan. “Apalagi jika tukang sihir itu dibungkus dengan pencitraan. Meminta mahar uang orang lain. Mencitrakan dirinya dengan sebutan suci. Wali atau Kanjeng, misalnya. Menyerupai ulama, memakai jubah dan tasbih,” katanya.
“Saat ini, orang kaya dan orang miskin sama-sama bingung. Kanjeng Dimas Taat Pribadi itu menunjukkan fenomena orang yang bingung. Banyak uang bingung. Miskin juga bingung. Si kaya ingin lebih kaya dengan cara cepat, sim salabim,” tambah Yunahar.
Terkait penggandaan uang Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Yunahar melihat hanya ada dua kemungkinan. “Pertama, itu uang palsu. Kedua, itu uang dari Bank Indonesia yang dipindahkan oleh jin. Jika uang palsu maka telah melanggar hukum. BI saja tidak boleh cetak uang semaunya. Akan terjadi inflasi dan efek lainnya. mencetak uang ada aturannya,” tutur Prof Yunahar.
Menyikapi fenomena itu, Yunahar mengimbau umat Islam untuk mengandalkan rasionalitas dan berpegang pada petunjuk wahyu. “Sebagai orang muslim, pertama, kita tetap berpegang teguh dengan ajaran al-Quran dan sunnah. Kedua, selalu menggunakan akal sehat. Harus kritis,” tukas Yunahar Ilyas (Ribas).