YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Gerakan Berjamaah Melawan Korupsi yang dipelopori PP Pemuda Muhammadiyah kini telah memiliki 14 kelas yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemuda Muhammadiyah menginginkan gerakan ini tumbuh menjamur dan menjadi gerakan cultural yang kuat dan membawa dampak perubahan bagi bangsa Indonesia.
“Gerakan kebudayaan tidak dilakukan sendiri. Harus berkolaborasi. Termasuk dengan ICW (Indonesia Corruption Watch). Gerakan anti korupsi jangan seperti jamaah shalat subuh,” kata Dahnil ketika menjadi pembicara dalam acara wisuda santri angkatan pertama Madrasah Anti Korupsi (MAK)kelas Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PW PM) Daerah Istimewa Yogyakarta, di Wisma Sargede UAD, Sabtu (8/10).
Jamaah shalat subuh, kata Dahnil, selalu memiliki jamaah yang sedikit. Padahal semua orang sadar dengan keutamaan salat subuh. Namun hanya orang-orang terpilih saja yang menjalankannya. “Begitu juga dengan sikap anti korupsi dan pentingnya membangun budaya anti korupsi. Semua umat beragama maupun yang mengaku beragama, sadar betul bahayanya praktek korupsi terhadap pembangunan dan peradaban kita, tetapi sedikit yang peduli dan mau bergerak membangun budaya anti korupsi dan melawan praktek korupsi,” tuturnya.
Wisuda angkatan pertama MAK PWPM DIY meluluskan 18 santri dari awalnya 25 peserta yang mengikuti. Meskipun sedikit, Dahnil menginginkan supaya para lulusan ini bisa menjadi motor yang menggandakan dan mereproduksi gerakan berjamaah melawan korupsi. “18 ini mengajak yang lain. Sehingga menjadi jamaah salat magrib atau bahkan jamaah salat idul fitri,” ujar Dahnil.
Para lulusan, harap Dahnil harus menjadi elit yang menggerakkan komunitas lain untuk bergabung dan melakukan gerakan cultural secara massif. Hal itu dimulai dari diri sendiri. Baru kemudian dilanjutkan dengan melakukan perubahan di sekitarnya. Sehingga memberi dampak yang kuat meskipun membutuhkan waktu. Kesadaran inilah yang dibangun Pemuda Muhammadiyah melalui gerakan ayah hebat dan gerakan anti menyontek.
Dalam kesempatan itu, anggota ICW Abdullah Dahlan mengingatkan bahwa melakukan gerakan anti korupsi harus dilakukan secara bersama oleh semua elemen bangsa. Bahkan dengan melibatkan masyarakat internasional. Hal itu dikarenakan persoalan korupsi merupakan persoalan dunia dan pemberantasan korupsi juga merupakan komitmen dunia internasional (Ribas).