YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Proklamator kemerdekaan RI Soekarno pernah menyatakan, ‘Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia’. Soekarno sadar bahwa pemuda memiliki potensi besar sebagai agen pembawa perubahan.
Kehidupan pemuda hari ini tidak sedikit yang diliputi oleh kehidupan hedonis dan bahkan cenderung pragmatis. Para pemuda lebih sibuk dengan dunia dirinya sendiri. Hasil survey menunjukkan kepekaan pada sesama, keterlibatan di dunia aktivis dan dalam kegiatan social semakin menipis. Oleh karena itu, dalam rangka menghadirkan kepekaan dan mengembalikan daya juang para pemuda sebagai agen perubahan, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menyelenggarakan Sekolah Pemberdayaan Masyarakat.
Menurut salah seorang panitia, M. Qomaruddin menyatakan bahwa kegiatan ini dilatarbelakangi oleh fakta semakin sedikitnya minat pemuda untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan, filantropi dan pemberdayaan masyarakat.
Muhammadiyah melalui MPM sebagai lembaga yang sangat konsen dalam dunia pendampingan dan pemberdayaan, merasa perlu untuk memperbanyak para aktor dalam pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan di seluruh pelosok tanah air.
“Tujuan pelatihan ini adalah untuk menciptakan fasilitator pendamping masyarakat atau kelompok masyarakat yang handal. Selain itu juga untuk menjaga kesinambungan program pendampingan kepada masyarakat dan munculnya fasilitator lokal untuk regional masing-masing,” ujar Qomar kepada Suara Muhammadiyah, Rabu (12/10).
Pelaksanaan kegiatan Sekolah Pemberdayaan Masyarakat itu akan dilangsungkan pada Jumat sampai dengan Minggu, 11-13 November 2016, di Wisma Pusat Penelitian dan Pengembangan (Pusbang) Kaliurang, Yogyakarta. Panitia membuka pendaftaran peserta mulai 9 Oktober sampai dengan 10 November 2016 (Ribas).