‘Warning’ Haedar Nashir: Muhammadiyah Sudah Kenyang Pengalaman dengan Rezim dan Politik Apapun

‘Warning’ Haedar Nashir: Muhammadiyah Sudah Kenyang Pengalaman dengan Rezim dan Politik Apapun

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Keriuhan dan hiruk pikuk suasana perpolitikan, membuat ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir merasa perlu memberikan ‘rambu-rambu’ bagi segenap anggota dan warga persyarikatan. Hal itu dimaksudkan supaya masyarakat lebih dewasa dalam menyikapi suasana politik di negeri ini. Terlebih, perjalanan Muhammadiyah telah melewati usia satu abad dengan segala pengalaman dalam dunia politik dan rezim berbeda.

“Mencermati suasana kehidupan politik nasional jelang Pilkada serentak yang mulai menghangat, Muhammadiyah menyadari bahwa politik itu sarat pro-kontra dan kontroversi tergantung kepentingan para pihak untuk memperebutkan kekuasaan,” sebagaimana dikatakan Haedar dalam Himbauan dan Pesan Moral yang dibacakan dalam acara peletakan batu pertama pembangunan kampus 4 UAD, Yogyakarta, Rabu (12/10).

Haedar berharap supaya semua prosesi pesta rakyat itu diselenggarakan dengan cara yang santun. “Harapan utamanya kontestasi politik itu berlangsung demokratis, elegan, bermartabat, dan berkeadaban. Selain itu para pihak tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan Pancasila sebagai basis berpolitik adiluhung, serta tidak boleh mengabaikan dan menihilkan nilai-nilai luhur itu,” ujar Haedar.

Khususnya bagi kekuatan civil society, Haedar berpesan supaya tidak ikut terjerumus dalam kepentingan politik praktis. “Kepada kekuatan-kekuatan non-partai termasuk ormas dan media massa agar tetap menjalankan peran sosialnya yang mencerdaskan dan mencerahkan serta tidak partisan sehingga kehilangan fungsi kontrolnya,” tutur Haedar.

Haedar mengimbau segenap warga Muhammadiyah untuk tidak mudah terprovokasi dan menghabiskan energy dalam perdebatan yang tidak produktif. “Khusus kepada keluarga besar Muhammadiyah hendaknya istiqamah berpegang pada Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah,” ujarnya.

“Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakat, kita sudah kenyang dengan pengalaman panjang dengan rezim dan politik apapun. Dalam konteks ini warga Muhammadyah jangan melampaui posisi Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah,” kata Haedar.

Haedar juga meminta agar warga Muhammadiyah tidak membawa nama Muhammadiyah atau amal usaha dan organiksasi otonom untuk kepentingan politik praktis. “Saya juga berharap warga Muhammadiyah menghindari konflik dan anarki serta mengedepankan ukhuwah kebersamaan, dan bekerjasama dengan golongan manapun untuk membangun bangsa,” ujarnya.

“Jangan hanya demi kekuasaan kemudian menabrak nilai-nilai luhur yang ada,  jadi kekuatan politik selain berebut kekuasaan yang fair dan demokratis tapi juga harus punya tanggung jawab moral politik yang bermartabat,”  kata Haedar dalam acara yang turut dihadiri ketua PP Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas, Rektor UAD Kasiyarno, Ketua Umum PP Aisiyah Noorjanah Djohantini, dan tamu undangan lainnya (Ribas).

Exit mobile version