WAY KANAN, Suara Muhammadiyah— Sampah merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh banyak orang. Selain terkesan jorok dan kotor, sampah juga menyebabkan polusi dan dianggap sebagai sumber penyakit. Namun justru sampah menjadi berkah dan ladang investasi bagi aktivis Muhammadiyah di kabupaten Way Kanan, Lampung.
Adalah Munawar sebagai pendiri bank sampah Muhammadiyah dari Kampung Umpu Kencana Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan, Lampung. Dengan kreatif, ia mewujudkan masyarakat yang partisipatif dan peduli terhadap lingkungan melalui pemberdayaan pengelolaan sampah.
Bank sampah yang diberi nama “Bumea” itu adalah salah satu badan usaha milik Muhammadiyah Kab. Way Kanan, dengan mengusung visi mewujudkan pengelolaan sampah yang bermanfaat dan bernilai ekonomis.
Munawar bersama bank sampah Bumea berhasil merubah pola pikir masyarakat tentang sampah. Bahkan dari bisnis sampah itu, telah terbangun gedung sekolah TK berlantai dua. Selain itu, omset penjualan sampah kini bisa meraup keuntungan hingga 15 juta/bulan.
“Saya tidak bermaksud menyuruh orang menjadi tukang rongsok. Namun dengan paradigma yang berbeda mengenai sampah, saya mengajak masyarakat agar menciptakan peluang usaha dan kemandirian ekonomi dari sampah. Selain itu, dengan mendirikan bank sampah Bumea Muhammadiyah ini merupakan salah satu ijtihad melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat,” tutur Munawar.
Munawar juga memaparkan, awal mula model yang digunakan ialah dengan memberikan tugas kepada murid TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) untuk mengumpulkan sampah plastik, kertas, besi dan kaleng. Sampah tersebut dikumpulkan. Kemudian dalam kurun waktu tertentu ditimbang dan dijual. Lantas hasil penjualannya diberikan kepada murid TPA yang sebagian di infaqkan sebagai kas.
“Lama-kelamaan dari murid-murid TPA itu sampah yang terkumpul makin banyak. Tidak hanya itu, para orang tua dan masyarakat sekitar juga ikut mengumpulkan sampah yang rata-rata adalah sampah dari limbah rumah tangga. Macam-macam mulai dari kaleng susu bekas, kertas koran, plastik botol atom dan logam besi bekas dan lain-lain. Bayangkan, sekali kirim ke pabrik pengolahan limbah sampah bisa mencapai 5 ton. Dan dalam 1 kilogram sampah plastik harga jualnya sekitar Rp4.000-Rp5.000. Bisa anda hitung sendiri tu,” ujarnya.
Bank sampah Bumea yang dikelola itu juga melayani simpan pinjam, tabungan sampah dan melayani berbagai keperluan pembayaran sehari-hari seperti membayar listrik dan pulsa. Pembayaran yang seharusnya menggunakan alat tukar uang diganti dengan alat tukar menggunakan sampah.
“Alhamdulilah sejak didirikan tahun 2015 lalu, dari keuntungan bank sampah Bumea Muhammadiyah kini bisa membangun gedung sekolah TK Fastabiq yang lokasinya ada di kecamatan Baradatu. Insyaallah tahun 2017 pembangunannya sudah selesai dan langsung dapat digunakan,” tutupnya (Eko Prasetyo).