JAKARTA, Suara Muhammadiyah—Ucapan Gubernur DKI Jakarta Ahok di hadapan masyarakat Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu ternyata berunjung panjang. Elemen umat Islam menyayangkan kalimat ‘dibohongi pake surat al-Maidah 41’, yang dinilai menistakan kitab suci umat Islam serta bernuansa SARA.
Selain menempuh jalur hukum dengan melaporkan Ahok ke polisi, ribuan umat Islam dari berbagai kalangan juga menggelar aksi damai menuntut Ahok segera diadili dan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Aksi damai dimulai usai menunaikan salat Jumat (14/10) di Masjid Istiqlal. Massa kemudian melakukan long march ke Balai Kota DKI Jakarta.
Aksi damai ribuan umat Islam itu menuai apresiasi positif dari tokoh Tionghoa Jaya Suprana. Melalui surat terbuka yang dirilis RMOL, Jaya Suprana yang juga pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) itu sebelumnya sempat mengkhawatirkan akan terjadinya kerusuhan. Ia pun memohon kepada umat Islam agar melaksanakan aksi dengan tertib dan santun.
Kekhawatirannya terjawab sudah. Umat Islam melaksanakan long march dengan tidak anarkis. Termasuk sama sekali tidak mengganggu gereja kaedral yang berlokasi di seberang masjid Istiqlal. “Seharusnya seluruh dunia menyaksikan bagaimana ribuan umat Islam Indonesia mengungkapkan rasa prihatin mereka bukan dengan ledakan amarah kebencian apalagi kekerasan namun dengan sentuhan kekhusyukan sholat mereka bersama sebagai penghormatan kepada Allah Yang Maha Kasih,” tulisnya.
Pemilik lembaga pendidikan seni pertunjukan Jaya Suprana School of Performing Arts itu menyatakan bahwa wajar saja jika umat Islam ‘marah’ atas ucapan Ahok. “Sepenuhnya saya dapat mengerti gejolak perasaan umat Islam yang tidak rela mengikhlaskan kitab suci Al Quran dilecehkan,” ujarnya.
Berikut isi surat lengkap Jaya Suprana:
“Syukur Alhamdullilah, unjuk rasa ribuan umat Islam berbusana serba putih berduyun-duyun datang ke Balaikota Provinsi DKI Jakarta sebagai ungkapan prihatin mereka terhadap penistaan agama, telah berlangsung secara tertib, damai dan beradab tanpa kekerasan.”
Memang tetesan keringat para unjuk-rasawan membasahi sepanjang jalan Medan Merdeka Selatan namun tidak ada setetes pun darah tertumpahkan.
Saya pribadi sempat tidak mampu menahan tetesan air mata membasahi pipi saya ketika menyaksikan betapa ribuan umat Islam berbusana serba putih membentangkan kain di jalan raya agar mereka secara serentak dapat menunaikan sholat sebagai persembahan penghormatan mereka kepada Allah Yang Maha Kasih. Aura kasih-sayang tanpa kekerasan langsung lembut menyinari seluruh kawasan Balaikota Provinsi DKI Jakarta.
Seharusnya seluruh dunia menyaksikan bagaimana ribuan umat Islam Indonesia mengungkapkan rasa prihatin mereka bukan dengan ledakan amarah kebencian apalagi kekerasan namun dengan sentuhan kekhusyukan sholat mereka bersama sebagai penghormatan kepada Allah Yang Maha Kasih. Hanya mereka yang hatinya sudah membatu akibat kebencian yang tidak merasa terharu ketika menyaksikan penghormatan yang dipersembahkan umat Islam Indonesia kepada Allah Maha Kasih. Seharusnya seluruh dunia berpaling ke serambi Balai Kota Jakarta untuk menyaksikan bagaimana suatu friksi perselisihan agama dapat diatasi bukan dengan pukulan kekerasan namun dengan sentuhan kerohanian dan keimanan.
Terima kasih saya sampaikan kepada Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin beserta para tokoh pemuka agama Indonesia yang pada pagi hari 14 Oktober 2016 telah berkumpul di Ruang Sidang Utama Kementerian Agama RI demi bersama mengikrarkan imbauan agar jangan sampai terjadi kekerasan dalam upaya bersama merawat kerukunan umat beragama di persada Nusantara tercinta.
Terima kasih kepada Habib Rieziq Shihab yang tanpa kenal lelah berteriak-teriak sampai serak suara kepada ribuan umat Islam berunjuk rasa agar TIDAK MELAKUKAN KEKERASAN. Terima kasih kepada Amien Rais, Habib Muchsin Alatas, Lieus Shungkarisma dan para tokoh masyarakat yang berkenan mendampingi Habib Rieziq mengawal unjuk rasa tanpa kekerasan terhadap dugaan penistaan terhadap kitab suci Al-Quran yang telah dilakukan oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada Kapolda Metro Jaya, Irjen M. Irawan dan Pangdam Jaya, Mayjen Teddy Lhaksamana yang telah berkenan secara lahir-batin mendampingi Habib Rieziq dalam mengawal unjuk rasa secara tertib, damai, beradab tanpa kekerasan yang layak menjadi suri teladan bagi segenap pengunjuk rasa di dunia.
Ternyata unjuk sama dengan tujuan yang sama juga diselenggarakan secara tertib, damai, beradab tanpa kekerasan bukan hanya di Jakarta namun juga di Bandung, Solo, Padang, Medan, Makassar dan lain-lain kota Indonesia.
Maka terima kasih dan penghargaan saya persembahkan kepada segenap umat Islam Indonesia yang telah benar-benar membuktikan diri sebagai umat beragama dengan peradaban adiluhur yang layak menjadi suri teladan bagi segenap umat beragama di planet bumi ini. Peristiwa unjuk rasa secara tertib, damai, beradab, tanpa kekerasan yang dilakukan secara serentak oleh ribuan umat Islam pada tanggal 14 Oktober 2016 di berbagai pelosok Indonesia telah membuat saya benar-benar merasa bangga menjadi warga negara dan bangsa Indonesia. Terima kasih, umat Islam Indonesia! (Ribas).