Suara Muhammadiyah,- Hampir tiga bulan berlalu pasca kudeta, bukti fisik mauupun data keterlibatan Fethullah Gulen sebagai dalang kudeta 15 Juli silam belum juga didapatkan. Dengan demikian, maka tuduhan terhadap Gulen sebagai dalang kudeta diragukan. Namun pemerintah Turki tetap yakin ulama karismatik yang kini mengasingkan diri di Pennsylvania Amerika Serikat itu adalah otak di balik kudeta militer.
Fethullah Gulen Teroris Organization (FETO) adalah sebutan pemerintah Turki untuk pengikut kelompok jaringan yang dipimpin oleh Gulen. Sedangkan Gulen sendiri menyebut kelompok jaringannya sebagai Hizmet (Pelayan), yaitu organisasi yang bergerak di bidang keuangan, pendidikan, dan kesehatan.
Namun, selain memiliki Hizmet, jaringan Gulen juga mengelola beberapa media, baik cetak maupun elektronik. Seperti, koran Zaman, Today’s Zaman, dan Meydan serta majalah Turkish Review dan Aksiyon Haber. Mereka juga memiliki 10 jaringan televisi, beberapa diantaranya Samanyolu TV, Mehtap TV, dan Ebru TV. Sementara radio yang dikelola antara lain Dunya dan Samanyolu Huber.
Oleh karena itu, para pejabat Kementrian Luar Negeri Turki, mengakui kekuatan kelompok Gulen dengan jaringan yang begitu luas. Mereka masuk ke birokrasi, militer, kehakiman bahkan perguruan tingggi. Namun, kemudian muncul pertanyaan. Mengapa begitu cepat mereka bisa ditaklukan saat melancarkan kudeta?
Beberapa media yang pro pemerintah Turki menyatakan, kekuatan nyata kelompok Gulen di mata rakyat Turki tidak sebesar dugaan. Dilihat pada saat terjadi peristiwa kudeta, Presiden Erdogan mendesak rakyat Turki untuk turun ke jalan dan lapangan untuk melawan pelaku kudeta, rakyat pun menuruti.
Bukan karena rakyat Turki setia pada Erdogan, atau pelaku kudeta yang setia pada Gulen. Tetapi rakyat Turki melakukan perlawanan demi membela demokrasi dan mempertahankannya. Pada intinya sejumlah rakyat Turki tidak ingin tentara berkuasa lagi, itulah sebabnya, rakyat Turki melawan para tentara kudeta demi membela negara.
Jika memang benar Gulen adalah dalang di balik kudeta 15 Juli silam bersama dengan kelompok Hizmet yang ia pimpin, maka tidak sulit baginya menaklukan mereka agar melancarkan kudeta dengan waktu yang tidak sebentar untuk merencanakan kudeta yang melukai lebih dari 2.000 orang itu.
Pimpinan koran Sabah, Mehmed Celik juga percaya bahwa dalang kudeta militer yang gagal itu adalah Gulen. “Kami percaya pernyataan pemerintah.” Kata Celik tanpa bukti. Pada kenyataannya, Gulen yang kini tinggal di pengasingan Pennsylvania Amerika Serikat itu terus membantah tudingan yang ditujukan padanya. Meskipun demikian, pemerintah Turki tetap yakin bahwa Gulen adalah otak kudeta 15 Juli lalu.
Presiden Erdogan bersama Menteri Kehakiman Turki berjanji akan mengumpulkan bukti-bukti keterlibatan Gulen dalam kudeta militer yang gagal. Namun sampai saat ini belum ada perkembangan tentang bukti-bukti yang juga menjadi permintaan pemerintah AS sebagai syarat untuk mengekstradisi Gulen jika terbukti bersalah.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah benar Gulen yang mendalangi kelompok yang ia pimpin yaitu Hizmet (Pelayan) sebagai pelaku kudeta? Ketiadaan bukti-bukti nyata yang mendukung. Tanpa bukti kuat, tidak cukup untuk mempercayai begitu saja, tanpa adanya pernyataan dari pihak yang dituduh. Sementara Gulen membantah tudingan Erdogan terhadap dirinya sebagai dalang kudeta militer gagal 15 Juli lalu (Rosma).