Kala Intelektual Muhammadiyah dan NU Bicara ‘Becoming Muhammadiyah’

Kala Intelektual Muhammadiyah dan NU Bicara ‘Becoming Muhammadiyah’

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebuah buku narasi testimonial para kader dan aktivis Muhammadiyah baru saja diluncurkan. Buku itu mendeskripsikan mengapa para penulisnya terpesona, bergabung dan menjadi penggerak Persyarikatan Muhammadiyah. Ada beragam kisah, mulai dari yang awalnya sebagai outsider Muhammadiyah kemudian melakukan konversi sebagai bagian dari inti Muhammadiyah. Buku itu berjudul “Becoming Muhammadiyah”.

Menjadi Muhammadiyah atau Becoming Muhammadiyah menandai sebuah proses panjang dan berliku yang dialami para aktivis Muhammadiyah. Ada dinamika dan proses sehingga mereka menjatuhkan pilihan untuk berjuang bersama Muhammadiyah.

Buku itu ditulis oleh antara lain Ahmad Najib Burhani, Agus Purwanto, Ahmad Fuad Fanani, Alpha Amirrachman, Ahmad Imam Mujadid Rais, M. Alfan Alfian, M Habib Chirzin, Pradanan Boy ZTF, Zuly Qodir, Yayah Khisbiyah, Chusnul Mariyah, Andar Nubowo, Sudarnoto Abdul Hakim, Ma’mun Murod, dan lain-lain. Buku itu juga diberikan pengantar oleh salah seorang aktivis PCIM Amerika Muhammad Ali.

Guna mendiskusikan buku itu, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar bedah buku Becoming Muhammadiyah, yang merupakan autobiografi mengenal Muhammadiyah di Aula UMJ, Rabu (19/10).

Bedah buku ini menghadirkan sejumlah pembicara seperti Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat Lingkungan Hidup Kebencanaan Zakat Infaq Shadaqah PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari. Selain itu juga Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia  (MUI) yang juga Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Sudarnato Abdul Hakim.

Pembicara lain adalah Direktur Pusat Studi Islam dan Pancasila UMJ Ma’mun Murod, Direktur Utama Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Andar Nubowo dan pakar ilmu politik Chusnul Mariyah. Sebagai pembanding, panitia turut menghadirkan dua intelektual muda NU Syafiq Hasyim dan Ulil Abshar Abdalla.

Salah seorang pembicara, Sudarnoto mengakui mengenal Muhammadiyah sejak lahir. Namun umumnya masyarakat kampung sering menyalahartikan Muhammadiyah dan tidak mengenal secara baik. Bahkan, berbagai gejolak turut memberikan pengalaman bagi Sudarnoto tentang dinding yang berdiri antara NU dan Muhammadiyah.”Bagaimana pun Muhammadiyah memberikan banyak inspirasi bagi saya,” katanya.

Ketua Panitia Bedah Buku Becoming Muhammadiyah Febrihana Faizah, berharap bedah buku kali ini bisa membagi pengalaman orang-orang mengenal Muhammadiyah, dan memberikan pemahaman lebih tentang Muhammadiyah. “Semoga kita mendapat lebih banyak pemahaman tentang Muhammadiyah,” kata Febrihana (Ribas).

Exit mobile version