YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah–Guru besar UIN Sunan Kalijaga Abdul Munir Mulkhan menyatakan bahwa Muhammadiyah dengan semangat al-Ma’un selalu melakukan konstribusi nyata. Menurutnya, Muhammadiyah mendirikan sekolah, rumah sakit, klinik dan panti asuhan merupakan sikap imitasi yang positif melawan Kristenisasi ketika itu. Di saat yang lain hanya bisa mengutuk bahwa ada orang yang bersekolah di sekolah tertentu lalu berpindah agama, maka Muhammadiyah memberikan solusi dengan mendirikan sekolah serupa.
“Muhammadiyah melakukan kompetisi kebaikan,” kata Munir dalam acara bedah buku “Membendung Arus” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (20/10). Turut hadir sebagai pembicara adalah Alwi Shihab selaku penulis buku, ketua MK yang sekaligus ketua penasehat Muhammadiyah Pondok Labu Jimly Ashhidiqey, dan Sosiolog UMY Zuly Qodir.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, kata Munir, ketika itu memiliki asas menolong sesama dengan alasan kemanusiaan. Semua biaya digratiskan bukan untuk membuat para pasiennya masuk Islam apalagi masuk Muhammadiyah. Tapi murni panggilan kemanusiaan, bahkan para pasien yang telah sembuh juga diberikan pekerjaan oleh Muhammadiyah.
Menurut Munir, wujud dari kompetisi kebaikan itu sangat positif. ketika ada orang Kristen yang memberikan bantuan bagi masyarakat miskin, maka harusnya umat Islam merespon dengan memberikan bantuan lebih banyak. “Masak orang sudah miskin dilarang menerima bantuan. Kita sendiri tidak datang memberi bantuan,” katanya.
Pembicara terakhir, Zuly Qodir menyatakan bahwa hingga sekarang pun Muhammadiyah menjalankan konsep toleransi dalam ranah aksi, tidak sekedar retorika. Fakta di wilayah Indonesia Timur sepeti Kupang, Sorong, Ende, Jayapura, sekolah dan universitas Muhammadiyah justru diminati oleh siswa dan mahasiswa Kristen. Termasuk pegawainya juga beragama Kristen.
Bahkan jumlah non muslim di sekolah atau universitas itu mencapai 80%. Pendapat Zuly itu didasarkan pada data yang ditulis dalam buku Krismuha (Kristen-Muhammadiyah), yang ditulis Abdul Mu’ti dan Fajar Riza Ul Haq. Sebutan Krismuha untuk menunjukkan bahwa mereka yang beragama Kristen tetap nyaman berada dalam institusi Muhammadiyah dan bahkan mereka menjadi anggota Muhammadiyah, tanpa harus berpindah agama.
“Sebagian besar pengkaji Muhammadiyah hanya menjelaskan urusan TBC. Padahal menurut konsep Weber, Kyai Dahlan berhasil merekonstruksi masyarakat menjadi lebih rasionalis, realistis dan objektif. Fenomena Muhammadiyah dapat disebut sebagai Calvinis Muslim,” tutur sosiolog UMY itu (Ribas).