Hartford Seminary Jadikan Indonesia Sebagai Model Penguatan Dialog Antar Agama

Hartford Seminary Jadikan Indonesia Sebagai Model Penguatan Dialog Antar Agama

Presiden Hartford Seminary, Heidi Hadsell, Jum'at (21/10)

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dialog menjadi salah satu sarana yang penting dalam menjembatani perbedaan serta menciptakan kondisi kerukunan dan pemahaman yang baik antar umat beragama di tengah-tengah keragaman di Indonesia.

Heidi Hadsell, Presiden Hartford Seminary Connecticut dalam kunjungannya bersama sejumlah delegasi dari ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pagi tadi, menyampaikan bahwa ia menyadari Indonesia dan Amerika memiliki alasan yang serupa untuk menjadikan dialog sebagai sarana mewujudkan kerukunan antar umat beragama.

“Indonesia dan Amerika sama-sama memiliki wilayah luas dengan masyarakat yang penuh keragaman. Amerika adalah negara mayoritas Kristen yang juga memiliki banyak agama-agama lain yang dianut oleh masyarakat dengan beragam latar belakang budaya. Begitu juga Indonesia dengan mayoritas muslimnya,” tuturnya di Islamic Center UAD, Jum’at (21/10).

ICMI dan Hartford Seminary Akan Kunjungi PP Muhammadiyah

Oleh karena itulah, Heidi menyampaikan bahwa kedatangannya bersama rombongan Hartford Seminary adalah ingin mempelajari lebih jauh bagaimanakah kondisi dialog antar umat beragama di Indonesia berdasarkan berbagai pengalaman yang dimiliki. Hal ini pun menjadi penting bagi para delegasi Hartford Seminary karena, imbuh Heidi, dialog tidak akan mampu diiterapkan hanya di dalam satu institusi saja.

“Kami ingin tahu apakah tantangan yang dihadapi oleh komunitas beragama di Indonesia, apakah harapan dari peyelenggaraan dialog, karena kita ingin mewujudkan hal yang sama. Hubungan damai yang terjalin antar umat beragama di Indonesia menjadi model bagi kami,” lanjutnya.

Dean Ahlberg, seorang Pastor yang juga anggota Hartford Seminary mengungkapkan kekagumannya atas kesungguhan Indonesia untuk berupaya memperkuat dialog antar agama dan bagaimana Amerika harus lebih banyak melakukan hal yang sama.

“Kita harus belajar banyak tentang bagaimana negara-negara mayoritas muslim dengan keragaman agama seperti di Indonesia. Kita harus melakukan hal seperti ini lebih banyak lagi sebagai antidot dari Islamophobia. Kita saling membutuhkan satu sama lain, kita harus belajar memahami, mendengarkan lebih, dan mengajarkannnya kepada anak-anak kita, demi masyarakat yang aman dan damai,” tuturnya yang juga seorang pastor di daerah Redding, California.

Berdasarkan hal tersebut, Heidi pun menggarisbawahi bahwa dalam dinamikanya, dialog sendiri terus mengalami perubahan. Bagaimana kita melakukan dialog di masa lalu, masa kini dan masa depan akan berbeda. “Dialog adalah sebuah proses dari waktu ke waktu. Akan selalu ada alasan mengapa kita melakukan dialog antar umat beragama. Ketika di salah satu bagian dari masayarakat telah merasakan kondisi harmonis antar satu sama lain, pasti akan selalu ada pertanyaan yang muncul di benak sebagian yang lain,” tandas Heidi.

Hartford Seminary yang berdiri sejak tahun 1833 merupakan institusi pendidikan di Connecticut, Amerika yang juga mengajarkan tentang pemahaman mendalam tentang Islam serta hubungan antara Muslim dan Kristen serta agama-agama lainnya (Th).

Exit mobile version