Tempat Ibadah Ditutup, Ratusan Muslim Italia Protes Pemerintah

Tempat Ibadah Ditutup, Ratusan Muslim Italia Protes Pemerintah

(Photo: Aljazeera)

ROMA, Suara Muhammadiyah-Ratusan jamaah melakukan ibadah shalat Jum’at bersama, kemarin (21/10) di halaman dekat Colosseum, Roma Italia. Aksi tersebut merupakan bentuk protes kepada pemerintah atas ditutupnya sejumlah masjid di negara tersebut.

Penutupan 5 masjid di Italia tersebut dianggap sebagai tindakan diskriminasi terhadap kebebasan dalam melakukan praktik agama di negara dengan jumlah muslim terbesar ke 4 di Eropa. Dilansir dari Aljazeera, mereka  menggelar sajadah dan terpal di atas paving sembari beberapa membawa tulisan “Peace” dan “Open The Mosque”.

Protes tersebut dioragnisir oleh komunitas Muslim Bangladesh yang mengeluh tentang bagaimana pemerintah menutup tempat-tempat ibadah muslim karena dianggap illegal dan melanggar aturan pendirian bangunan. Ditambah lagi dengan meningkatnya isu Islamophobia di berbagai negara.

Asosiasi Dhuumcatu mengatakan di halaman facebooknya bahwa harus ada aturan yang jelas terhadap rumah ibadah. “Kami tersiksa dengan kriminalisasi rumah ibadah seperti ini. tidak ada regulasi yang relevan selama ini, dan kami tidak bisa menemukan solusi apapun secara mandiri dengan aparat,” tuturnya.

Dilansir dari Reuters, kira-kira ada 1.6 juta muslim yang tinggal di Italia. Namun, diperkirakan hanya 8 masjid yang dicatat secara resmi oleh pemerintah.

“Ibadah Jum’at sangatlah penting bagi kami, hari ini kami harus datang ke Colosseum. Jika tidak, di mana lagi kami akan beribadah?” ucap Sikdir Bulbul warga Italia keturunan Bangladesh kepada Reuters, yang sudah 16 tahun tinggal di ibukota negara.

Ia pun menuturkan bahwa masjid yang juga dibantunya saat pendiriannya di tahun 2012 telah ditutup pada September lalu.

“Tidak ada inisiatif politik untuk menyadari bahwa kami di sini dan kami adalah komunitas yang damai. Kami dipaksa untuk menyewa tempat untuk beribadah, yang mana untuk kami seperti bernapas, jika kami tidak bisa melakukannya berakhirlah hidup kami,” tutur Francesco Tieri, seorang muallaf yang mengorganisir bebagai kelompok Islam di Italia.

Permasalahan rumah ibadah yaang menambahi beban Muslim di Italia ditengarai karena agama Islam sendiri tidak diakui sebagai agama resmi di negara tersebut, seperti Yahudi dan Mormon. Banyak muslim yang berasal dari Afrika Utara dan Asia Selatan pun kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif atas dasar identitas agama ataupun etnisitas mereka. Padahal, menurut laporan Aljazeera, Islam merupakan agama kedua dengan pemeluk terbanyak. Roma juga menjadi tempat di mana masjid terbesar di Barat berdiri.

Ironisnya, sejumlah politisi sayap kanan mengatakan bahwa banyaknya kegiatan ibadah yang dilakukan di garasi dan tempat-tempat tertutup akan menjadi pemupuk munculnya radikalisme. Mereka juga mengeluarkan pelarangan terhadap pendanaan-pendanaan pembangunan masjid yang datang dari negara lain.

Meskipun demikian, sejumlah ajuan untuk pendirian masjid tradisional di manapun di Italia berkali-kali menghadapi  penolakan dari pemerintah setempat (Th).

 

 

Exit mobile version