Petuah Buya Syafii Maarif untuk Generasi Muda: Tuhan tidak Netral dalam Sejarah

Petuah Buya Syafii Maarif untuk Generasi Muda: Tuhan tidak Netral dalam Sejarah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah— Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005, Ahmad Syafii Maarif menyatakan bahwa sejarah peradaban manusia ditandai dengan keberpihakan Tuhan pada kelompok tertentu. Hal itu dinyatakan sendiri oleh Allah dalam kitab suci al-Quran. Allah tidak akan mengubah nasih seseorang atau sekelompok orang sehingga ia mau untuk mengubah nasibnya sendiri.

“Al-Quran memberi optimisme. Tuhan tidak netral sepanjang sejarah. Ada intervensi Tuhan kepada kelompok tertentu. Tuhan berpihak kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan berusaha. Kalau tidak belajar, Tuhan diam, tidak berpihak. La yughaiyyiru ma biqaumin hatta yughaiyyiru ma bi anfusihim,” kata Buya Syafii.

Menghadapi kondisi carut-marutnya bangsa Indonesia, Buya menyatakan bahwa harapan perubahan itu masih ada. Para generasi muda tidak boleh berputus asa. “Selama matahari masih ada, harapan itu masih ada,” kata Buya Syafii menggelorakan optimisme para peserta acara sekolah idiopolitor Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, pada Sabtu (22/10), di gedung PMD Kalasan, Yogyakarta.

Guna mengawali perubahan bangsa, Buya Syafii berharap pada generasi muda bangsa. “Yang muda-muda harus mengerti betul persoalan bangsa berbasis data. Banyak membaca dan ikut terlibat membenahi negeri,” kata Buya.

Kepada anak-anak muda, Buya berpesan supaya menata hidup dengan penuh optimisme. “Kalau anda hidup, jangan hidup kepalang tanggung. Jika ingin menjadi pengusaha, maka jadilah pengusaha besar sekali. Kalau jadi pemikir, pemikir besar sekali,” ungkapnya.

Buya Syafii mengingatkan, para anak-anak muda harapan bangsa tidak boleh apatis dengan kenyataan. Mereka harus mau terlibat dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. “Kalau kita melihat ke dalam kita sudah tenang sekali. Tapi kalau kita lihat bangsa secara keseluruhan, kita tidak semakin baik,” tutur Buya.

Oleh karena itu, segenap elemen bangsa termasuk ormas seperti Muhammadiyah harus bergerak memperbaiki kondisi bangsa. Jika tidak ada yang mau terlibat, maka akan berbahaya. “Kalau bangsa runtuh, kita tidak bisa apa-apa,” kata Buya mengingatkan.

Supaya bangsa tetap tegak hingga sehari menjelang kiamat, maka generasi bangsa harus berusaha dan bekerja keras, baru kemudian Tuhan akan ikut membantu.

“Sekarang  Anda orang terdidik semua. Saatnya berpikir radikal tapi dengan data yang kuat dan jelas. Berpikir itu melelahkan. Tapi akan menghindari dari pikun. Otak manusia jika dibiarkan menganggur maka akan rusak,” papar Buya (Ribas).

Exit mobile version