Sahmuda Sagala, Usia Bukanlah Halangan Aktif di Persyarikatan

Sahmuda Sagala, Usia Bukanlah Halangan Aktif di Persyarikatan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah,- Sahmuda Sagala, lahir di Medan, 29 November 1942. Pria yang menjadi pemenang Suara Muhammadiyah Award 2016 kategori Distributor Terbaik Majalah Suara Muhammadiyah se-Indonesia ini tak pernah menyangka kiprahnya menjadi nilai tersendiri bagi Muhammadiyah.

Sahmuda sendiri merupakan generasi ke-empat dari marga Sagala yang masuk Islam. Ia mengenal Muhammadiyah saat umurnya 22 tahun, yakni pada tahun 1964.

Awal mula menjadi distributor majalah SM baru pada tahun 1978, yakni ketika ia masih menjadi Kepala Sekolah PGA Muhammadiyah. Saat itu, ia hanya mengambil dua eksemplar majalah. Satu eksemplar untuk dirinya dan satu lagi untuk sekolah yang diampunya. Kemudian seiring berjalan waktu, banyak guru-guru di sekolahnya yang tertarik untuk ikut berlangganan SM. Hingga pada tahun 1980-an majalah yang dipesannya mencapai 20 eksemplar.

Hingga saat ini, wilayah distribusi Suara Muhammadiyah yang ia pegang mencakup satu kabupaten, yakni Kabupaten Asahan, di mana terdapat 12 cabang, 65 ranting.

Meski dengan wilayah distribusi yang cukup luas, insentif yang Sahmuda peroleh tidaklah dapat dinikmatinya sendiri. Kesadaran warga wilayahnya untuk membayar masih sulit. Begitupula untuk berlangganan. Menurutnya, yang menyebabkan hal tersebut bukanlah faktor rendahnya ekonomi, namun kesadaran dari warga sendiri.

“Sebetulnya bukan tidak mampu bayar, tapi kesadaran saja. Kesadaran warga kita untuk berlangganan masih minim, untuk membayar juga masih seperti itu,” terang Sahmuda.

Namun, hal tersebut tidak menjadi halangan Sahmuda untuk berhenti menjadi agen distributor Majalah Suara Muhammadiyah. Ia bertekad untuk tetap berkontribusi pada persyarikatan.

“Inilah yang bisa saya bantu untuk persyarikatan,” jawab Sahmuda ketika ditanya motivasinya masih bertahan sebagai distributor SM. Di usia yang ke 74 ini ia merasa sudah tidak sanggup lagi melakukan tabligh seperti kader-kader muda Muhammadiyah. “Kalau untuk tabligh, sekarang sudah tidak kuat lagi,” lanjutnya sambil tertawa.

Sebenarnya banyak karier lain yang pernah dijalani oleh Sahmuda, diantaranya menjadi sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Asahan tahun 2001-2008. Ia juga pernah menjadi guru dan kepala sekolah hingga pensiun di tahun 2002.

Kini, di usianya yang tidak lagi muda, bapak dari tiga orang putri dan empat orang putra ini masih setia meneruskan pekerjaannya sebagai distributor majalah Suara Muhammadiyah.

“Selama umur masih ada saya akan teruskan ini, insyaAllah,” kata Sahmuda dengan mantap.

Selain masih menjadi distributor aktif majalah SM, Sahmuda Sagala masih sering menjadi khatib sholat jum’at serta menjadi penasehat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Asahan.

Sahmuda berharap Majalah Suara Muhammadiyah bisa menjadi lebih baik lagi. Menurutnya, isi dan kualitas tentu harus selalu ditingkatkan. Selain itu, ia berharap Suara Muhammadiyah juga memiliki rubrik berisi konten khusus untuk anak muda, seperti berita-berita olahraga dan lain-lain (Aziz & Bela).

Exit mobile version