YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah— Gaya hidup yang serba hedonis menjadikan kaum muda makin cuek akan kiprahnya untuk bangsa. Kaum muda lebih asyik dengan dunianya sendiri tanpa mau tahu apa yang dialami masyarakat. “Termasuk dalam politik,” papar Hadi Suyono Direktur Clinic for Community Empowerment (CCE) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada konferensi pers, Kamis (27/10).
Berdasarkan hasil survey CCE, Hadi menjelaskan, sikap cuek itu tidak semata karena gaya hidup namun lebih dikarenakan sikap politisi yang selama ini justru jauh dari harapan mereka. Tidak sedikit dari koresponden, pemilih pemula yang berpendapat politik itu kotor, manipulatif, sarang korupsi, kejam, dan lain sebagainya. “Itu sebabnya mereka apatis dan enggan berbuat untuk bangsa melalui jalur politik,” ucapnya.
Kebanyakan anak muda, sambungnya, lebih memilih saluran lain untuk melakukan kegiatan. Seperti aktifitas sosial kemasyarakatan, organisasi mahasiswa, organisasi kepemudaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan, dan komunitas etnis maupun daerah. “Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dipastikan dunia politik Indonesia ke depan akan mengalami krisis kader, anak muda,” kata Hadi.
“Bahkan bisa terjadi lost generation, keterputusan kaderisasi politik,” imbuhnya.
Gejala itu, Hadi melanjutkan, sudah mulai tampak dengan adanya politik dinasti, politik mkekuasaan yang dibagi-bagikan dan diwariskan kepada keluarga dan sanak famili. Lebih mencolok lagi, sekarang partai politik kian susah mencari kader-kader terbaik.
“Selama politisi senior tidak bisa menempatkan diri sebagai teladan dan partai politik tidak memperbaiki sistem kaderisasi yang ada, maka selama itu pula dunia politik semakin tidak diminati anak muda,” pungkas Hadi Direktur CCE Fakultas Psikologi UAD (gsh).