MAKASSAR, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir, M.Si., membuka Rakornas Pondok Pesantren Muhammadiyah tadi malam (28/10) di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam pidatonya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa konsep pesantren yang dikelola Muhammadiyah adalah pesantren pembaruan atau modern.
“Sebagaimana yang pernah dilakukan K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Muhammadiyah mengadopsi sistem kolonial Belanda yang modern. Tak heran jika Kiai Dahlan dan Muhammadiyah sempat dikaitkan dengan sistem dan budaya kolonial,” katanya di hadapan peserta Rakornas Pondok Pesantren Muhammadiyah.
Menurut Haedar Nashir, ciri khas yang membedakan antara pesantren Muhammadiyah dengan pesantren pada umumnya adalah spirit pembaruan. Spirit inilah yang diharapkan senantiasa melekat pada setiap pengelola Pondok Pesantren Muhammadiyah. Pondok Pesantren Muhammadiyah selalu hadir penuh inovasi dan modern.
Bahkan KH Ahmad Dahlan, lanjut Haedar, pernah disebut kafir saat ia mengubah kebiasaan pola pendidikan di pondok pesantren, yakni guru mengajar sambil berdiri dan murid-murid duduk di kursi.
“KH Dahlan mengajar sambil berdiri, sedangkan murid-muridnya duduk di kursi, sehingga ketika itu KH Dahlan disebut kafir. Lama kelamaan, mereka mengadopsi model pendidikan yang dikembangkan KH Ahmad Dahlan,” lanjut Haedar.
Dalam perkembangannya, sistem Pondok Pesantren Muhammadiyah diadopsi pula oleh lembaga pendidikan Islam lainnya. Dengan begitu, jelaslah bahwa Muhammadiyah memiliki andil yang cukup besar dalam pendidikan Islam sebagai bagian dari perkembangan Islam di tanah air.
Rakornas Pondok Pesantren Muhammadiyah diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LP2 PPM) dengan mengangkat tema “Menuju Pondok Pesantren yang Berkemajuan Sebagai Pusat Kaderisasi Ulama.” Diselenggarakan di kampus Unismuh Makassar tanggal 28-30 Oktober dihadiri oleh para mudir pesantren Muhammadiyah seluruh Indonesia. Hadir pula unsur Muhammadiyah pendiri dan penyelenggara pesantren, pengurus LP2 tingkat wilayah dan daerah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, dan pengurus Majelis Dikdasmen tingkat wilayah dan daerah.
Selain untuk sosialisasi program strategis dan unggulan dari Lembaga Pesantren Muhammadiyah, tujuan penyelenggaraan Rakornas ini menurut Masykuri adalah dalam rangka menyelenggarakan seminar internasional “Tajdid Peradaban dan Ilmu Pengetahuan” dalam rangka membangun kemandirian untuk kemajuan regional pendidikan Islam.
“Selain itu, penyelenggaraan Rakornas ini bertujuan untuk menyempurnakan draf kurikulum dan standar pesantren Muhammadiyah yang akan diberlakukan secara nasional,” jelas Masykuri.
Masykuri melanjutkan bahwa, “Rakornas ini juga bertujuan untuk penetapan langkah-langkah strategis dalam pengelolaan dan pengembangan pesantren Muhammadiyah yang berkemajuan.”
Selain dihadiri para mudir Pesantren Muhammadiyah seluruh Indonesia, unsur-unsur Muhammadiyah penyelenggara pesantren, pengurus LP2 tingkat wilayah dan daerah serta pengurus Majelis Dikdasmen wilayah, Rakornas Pesantren Muhammadiyah kali ini juga mengundang konsultan ahli, sekaligus narasumber dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri hadir Direktur Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Agus Purwanto (Trensains), dan Anang Rizka Masyhadi. Dari negeri jiran, hadir sebagai konsultan dan narasumber Rakornas Pesantren Muhammadiyah, Prof Dr Zaid Achmad dari University Putra Malaysia dan Prof Shayaa Othman dari International Islamic Institute of Thought (IIIT) Malaysia (tvmu-lp2ppm-arf).