Suara Muhammadiyah,- Pemenang Pemilu Presiden Amerika Serikat, biasanya sudah terpantau dari hasil jajak pendapat setiap sesi dalam kampanye. Demikian pula pada pemilihan presiden saat ini, perseteruan antara Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik. Dari trend yang ada, suara yang mendukung Trump terus menurun. Kaum Republiken pun nampak pesimis Trump bisa memenangkan pertarungan, mereka seolah-olah sudah “melemparkan handuk” tanda menyerah.
Rekap jajak pendapat yang dirangkum penulis menunjukkan bahwa calon presiden perempuan Amerika Serikat, Hillary Clinton, selalu mengungguli pesaingnya, Donald Trump. Tercatat hanya dua kali Trump unggul tipis dari Clinton, yakni di pertengahan akhir Juli dan awal September. Selain itu, Clinton selalu unggul atas miliarder itu. Bahkan mendekati pemilu 8 November, Trump semakin banyak tersandung kasus yang menurunkan kredibilitasnya. Bahkan mayoritas Repupliken sendiri tidak yakin Donald Trump akan menang.
Selasa (27/7), jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan bahwa Trump mengantongi 39 persen suara warga Amerika Serikat. Sedangkan Clinton mengantongi 37 persen suara. Kemudian di awal pekan September, bersumber dari Rasmussen Reports, Trump dilaporkan berhasil mendulang dukungan 40 persen, sementara Hillary Clinton mengekor di belakang dengan perolehan 39 persen. Ketika unggul, dukungan Donald Trump sangat tipis dibanding rivalnya.
Selain beberapa momen tadi, Clinton selalu unggul. Di awal pilpres, 30 Mei sampai 3 Juni,hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan 46 persen responden menyatakan mendukung Hillary, sedangkan 35 persen mendukung Trump, dengan selisih 11 persen. Kemudian pertengahan Juni, CBS News melaporkan Hillary Clinton memimpin kembali atas Donald Trump dengan selisih menurun menjadi 7 persen, yakni 46 banding 39 persen.
Berbarengan dengan momen Konvensi Nasional Demokrat, tanggal 25-29 Juli, Reuters/Ipsos mengungkaphampir 41 persen pemilih mendukung Hillary Clinton, 35 persen mendukung Donald Trump, dan 25 golput. Selisih turun menjadi 6 persen.
Di bulan Agustus, Hillary Clinton kini mendapatkan mayoritas calon pemilih sebanyak 51 persen, sedangkan Donald Trump 41 persen. Jajak pendapat ini diambil oleh Quinnipiac University,Kamis (25/8). Terlihat selisih naik menjadi 10 persen pasca Konvensi Nasional Demokrat.
Bulan September, sebelum debat pertama, tercatat Clinton masih unggul meski semakin menipis, yaitu sebanyak 4 persen. Kemudian pasca debat pertama, Hillary Clinton tetap unggul karena isteri Bill Clinton ini memenangi debat pertamanya.
Jajak pendapat yang membandingkan keduanya masih normal hingga munculnya video Donald Trump yang melecehkan perempuan, Jumat (7/10). Selisih antar kedua capres kembali melebar. Pada Senin (10/10), pasca debat kedua,Survei NBC/Wall Street menunjukkan bahwa Trump tertinggal 11 persen dari Hillary. Jumlah dukungan Hillary 46 persen dan Trump 35 persen.Jajak pendapat Reuters/Ipsos bahkan menunjukkan bahwa Hillary Clinton akan unggul di Electoral Collage. Jika pemilu diadakan minggu itu juga, maka ia akan memeperoleh 270 suara. Selisih tersebut tidak banyak berubah hingga menjelang debat terakhir.Rabu (19/10) Jajak pendapat terakhir menunjukkan Hillary lebih unggul 4-7 suara.
Debat terakhir akhirnya berpihak kepada Clinton lagi setelah ia memenangkan debat pertama dan kedua. Kamis (20/10),jajak pendapat CNN/ORC menunjukkan bahwa Hillary memenangkan sejumlah kategori, seperti siapa kandidat tersiap dan kandidat yang memenangi debat terkait isu-isu. Sementara Trump hanya memenangi kategori kandidat otentik, itu pun hanya selisih satu poin. The New York Times juga mengatakan bahwa kemungkinan Hillary memenangkan pilpres adalah 92 persen. Saat itu dukungan terhadap Donald Trump turun menjadi 39 persen. Sementara dukungan untuk Hillary Clinton naik 2 persen menjadi 49 persen. Selisih kini menjadi 10 persen.
Nampaknya nasib baik berpihak pada Clinton. Pasca debat ketiga, tanpa diserang, Trump dengan sendirinya terjerat banyak permasalahan. Berawal dari skandal pelecehan perempuan, menyatakan enggan menerima hasil pemilu yang membuatnya mendapatkan banyak hujatan, hingga menuduh akan adanya kecurangan saat pemungutan suara 8 November nanti. Sikap-sikap Donald Trump ini banyak menuai penolakan bahkan dari kubu Partai Republik sendiri. Banyak tokoh hingga donatur yang kemudian beralih mendukung Hillary Clinton.
Rabu (26/10) Survei Reuters/Ipsos, menunjukkan 41 persen Repubiken memperkirakan Hillary menang dan 40 persen Trump menang. Padahal sebelumnya, 58 persen Republiken yakin Trump menang dan hanya 23 persen yang yakin Hillary Clinton menang. Sementara di kubu Demokrat, 92 persen yakin Clinton menang dan 8 persen sisanya meyakini Trump akan menang. sebanyak 79 persen Republiken mengaku tetap memilih Donald Trump.
Saat ini selisih antara Trump dan Clinton semakin melebar. Jajak pendapat AP-GFK menunjukkan pendukung Clinton sebanyak 51 persen dan pendukung Trump sebanyak 37 persen. Otomatis menjadi selisih terbesar hingga saat ini, yaitu 14 persen dengan keunggulan Hillary Clinton (Abdul Azis).