Abdul Munir Mulkhan: Muhammadiyah tidak boleh Alergi dengan Filsafat

Abdul Munir Mulkhan: Muhammadiyah tidak boleh Alergi dengan Filsafat

TANGERANG, Suara Muhammadiyah— Guru Besar UIN Sunan Kalijaga dan sekaligus Pengurus Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah Prof Dr H Abdul Munir Mulkhan, mengingatkan segenap warga Muhammadiyah supaya tidak menghindar dari filsafat. Karena filsafat merupakan ibu atau induk dari semua cabang ilmu.

“Muhammadiyah tidak boleh alergi dengan filsafat, apalagi FPM (Filsafat Pendidikan Muhammadiyah) sudah menjadi amanah muktamar. Muhammadiyah dianggap anti tasawuf belakangan, padahal generasi awal itu semangatnya sufi, meskipun orang-orang Muhammadiyah menyebutnya dengan nama spiritualitas dan ihsan bukan sufisme atau tasawuf. Sains itu sebenarnya tahapan mencari Tuhan atau suluk yakni jalan menuju Allah,” ujar Munir Mulkhan dalam FGD FPM, di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Sabtu (29/10).

Filsafat Pendidikan Muhammadiyah, kata Munir, dapat bersumber dari para filosof Muslim dan dipadukan dengan pengalaman Muhammadiyah. “Filsafat Pendidikan Muhammadiyah bisa membahas tentang manusia, ilmu, sejarah dan nilai-nilai. Pemikiran para filosof muslim seperti al-Farabi, ibn Sina, ibn Rusyd, ibn Khaldun dapat disintesiskan dengan beberapa pokok pandangan KH A Dahlan seperti terkristal dalam keputusan Muktamar 2010,” katanya.

Selain itu, Munir Mulkhan juga menyatakan bahwa gerakan budaya atau dakwah kultural yang mulai dikembangkan Muhammadiyah sejak 2002 itu penting dan butuh kreativitas. “Orang kreatif itu paralel dengan kegilaan di jamannya meskipun awalnya tidak diterima tapi pada saatnya menjadi lompatan yang dahsyat,” tutur Munir.

Sementara itu, salah satu pengurus Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang juga Warek IV Uhamka Jakarta, Dr H Zamakhsari MA, mengingatkan bahwa Muhammadiyah harus punya lapisan intelektual yang kuat dan tebal untuk mencari dan menemukan formula yang tepat dalam merespon setiap masalah ketidakadilan, kekerasan, dan lain sebagainya.

“Pendidikan itu harus bisa menghidupkan dan membebaskan umat manusia dari penindasan. Dalam Muhammadiyah itu ada yang tetap dan tidak berubah yaitu purifikasi dan itu bisa dielaborasi bagi pengembangan FPM. Filsafat bagi warga Muhammadiyah itu makanan sehari-hari. Tiap hari warga Muhammadiyah itu berfilsafat,” tuturnya (Ribas).

Exit mobile version