TANGERANG, Suara Muhammadiyah—Persyarikatan Muhammadiyah memiliki lebih dari 177 Perguruan Tinggi di seluruh pelosok negeri. Melalui Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (PTM/A), Muhammadiyah telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiah (PTM/PTA) harus melahirkan tidak hanya sarjana yang terampil tapi juga pemikir yang kreatif. Muhammadiyah perlu punya satu saja fakultas filsafat, kalau banyak nanti tidak laku,” tutur Dr Alim Roswantoro MAg, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada kegiatan FGD Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (FPM), di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Sabtu (29/10).
Menurut Alim, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (FPM) tidak lepas dari payung besar filsafat Islam yang berisi ijtihad dan pemikiran para filosof Muslim yang telah melahirkan kejayaan dan peradaban Islam. “Imam al-Ghazali itu tidak mengharamkan filsafat sebagaimana disalahpahami banyak orang. Semua bukunya itu pesanan istana kecuali Ihya Ulumuddin,” kata Alim.
Alim berharap Muhammadiyah harus terus melahirkan para pemikir dan filosof. “Angan-angan sosial yang kreatif dari para filosof Muslim perlu dicanangkan dalam FPM, sehingga Muhammadiyah punya peran produktif bagi dunia,” ujar Alim yang juga pernah aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Karanganyar Solo.
Filsafat Pendidikan Muhammadiyah, tutur Alim, bukan menyoal bagaimana memberi makan orang miskin tapi bagaimana memberi akses kepada orang miskin agar bangkit dan berdaya.
Penting bahwa Muhammadiyah dapat menjamin kemerdekaan individual anggotanya, termasuk merayakan perbedaan pendapat. “Namun ketika sudah menjadi keputusan resmi, seperti FPM ini, maka warga Muhammadiyah harus menaati dan menjalankannya,” ungkapnya. (ribas)