JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Berbagai bentuk kekerasan yang bermunculan di berbagai belahan dunia hari ini telah menjadi ancaman yang serius bagi peradaban manusia. Ketidakadilan global pun, dianggap menjadi penyebab utama dari munculnya kekerasan ekstremisme.
Menggarisbawahi hal tersebut, Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkerjasama dengan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) dan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust, Malaysia kembali menyelenggarakan World Peace Forum ke 6 dengan mengangkat tema “Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Injustice, and Collective Responsibility”. WPF ke 6 kali ini dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, hari ini (01/11).
Selama ini, meskipun perhatian serta keterlibatan berbagai pihak dalam melawan ekstremisme kekerasan telah marak dilakukan, namun upaya tersebut masih belum menunjukkan hasil memuaskan. Menurut hemat Chusnul Mariyah selaku Ketua Steering Committee (SC) disebabkan oleh adanya kesenjangan antara pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab ekstremisme kekerasan dalam konteks ketidakadilan global.
Di samping itu, kurangnya kesadaran akan dampaknya yang merusak martabat kemanusiaan serta kurangnya upaya-upaya kolektif untuk mencegah, mengatasi dan menanggapi ekstremisme kekerasan menambahi penyebab dari semakin besarnya jumlah kekerasan ekstremisme yang muncul di berbagai negara.
“Ekstremisme perlu pendekatan yang lebih komprehensif dengan memperhatikan martabat kemanusiaan, keadilan global, dan tanggungjawab kolektif,” tuturnya dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta. kemarin (31/10).
Berbicara mengenai ketidakadilan global, pendekatan keamanan yang selama ini digunakan menurutnya tidak bisa menyentuh ke akar permasalahan serta mengatasi kemunculan kekerasan. Sebaliknya, pendekatan keamanan sering kali mendatangkan kekerasan itu sendiri.
“Perilaku kekerasan hanya diperangi dan malah menciptakan lingkaran setan kekerasan,” tutur Yayah.
Oleh karena itu, forum yang akan mendatangkan sekitar 200 peserta dari 50 negara akan mencoba merumuskan solusi yang diikuti dengan adanya kolaborasi serta kerjasama, serta meminta rekomendasi antarbangsa. Komitmen WPF terhadap adanya aksi nyata diharapkan dapat terwujud dengan rekomendasi yang mampu diberikan kepada masing-masing pemerintahan negara partisipan.
Forum yang rencananya akan ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Kamis (3/11) dihadiri oleh tokoh-tokoh agama, Intelektual, politikus dan aktivis yang berasal dari berbagai macam latar belakang keilmuan dan profesi. Di antaranya adalah Tan Sri Lee Kim Yew dari Malaysia, mantan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan mantan PM Australia Kevin Rudd, juga dijadwalkan akan hadir.
Sedangkan dari dalam negeri, rencananya akan dihadiri oleh Prof Ahmad Syafi’i Maarif, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Kapolri Tito Karnavian, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Muhadjir Effendy, dan Menteri Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (Th).