Nico J. Kaptein: Majalah SM Punya Nilai Historis Sangat Penting

Nico J. Kaptein: Majalah SM Punya Nilai Historis Sangat Penting

LEIDEN, Suara MuhammadiyahSuara Muhammadiyah adalah majalah yang amat penting dalam masyarakat Indonesia. Majalah ini memiliki nilai historis yang amat penting. Bahkan, majalah Suara Muhammadiyah dengan segenap topik-topik yang disajikan tiap edisinya sangat layak dijadikan sebagai objek penelitian doktoral. Demikian kata Nico J. Kaptein, ilmuwan dan peneliti di Leiden University, kepada reporter Suara Muhammadiyah di kantornya, International Institute for Asian Studies, belum lama ini.

Suara Muhammadiyah (SM—red) merupakan lembaga yang amat penting dalam masyarakat Indonesia. Dan karena saya seorang ilmuwan yang tertarik dengan Islam di Indonesia dan sejarah Islam di Indonesia, majalah ini memiliki nilai penting dari sisi sejarah dan merupakan sumber yang amat penting. Saya pikir, Suara Muhammadiyah cukup penting untuk dijadikan objek penelitian doktoral.“

Nico Kaptein yang sudah beberapa kali berkunjung ke Toko SM di Jalan KHA Dahlan nomor 43 menuturkan kisahnya. Dia pernah mendapat kesempatan untuk melihat-lihat arsip majalah SM. Rupanya ia terkesan dengan menajemen pengelolaan redaksi dan muatan artikel-artikel di majalah SM. “Anda tentu tahu sendiri bahwa hal yang saya sukai terkait majalah SM adalah bahwa majalah ini dikelola dengan sangat profesional dan terlihat indah. Selain itu, isinya pun terlihat sangat baik, dalam artian isinya amat beragam. Ia mencakup berbagai macam isu-isu topikal yang berhubungan dengan perkembangan aktual di Dunia Islam maupun di luar Dunia Islam. Saya pikir, latar belakang artikel semacam itu biasanya bersandar pada penelitian yang baik dan bernuansa, dalam pengertian artikel-artikel tersebut menyumbang perdebatan dalam isu-isu di Indonesia. Apa yang kita perlukan dalam debat kontemporer adalah keberagaman ide dan bukan penyederhanaan, sehingga artikel-artikel itu menyumbang bagi intelektualitas perdebatan dalam Dunia Islam.”

Kepada reporter Suara Muhammadiyah, Nico Kaptein tidak habis-habisnya mencurahkan kesannya tentang majalah peninggalan KHA Dahlan ini. “Selain itu, artikel-artikel di majalah SM juga memerhatikan perkembangan dalam bidang keagamaan, seperti fatwa, ritual. Juga ada rubrik khusus pada masing-masing edisi. Saya pikir, bagi saya sebagai orang luar dan peneliti tentang Islam, artikel-artikel tersebut sangat membantu untuk memahami apa perdebatan yang sedang hangat diperbincangkan di lingkungan Islam di Indonesia,” kesannya.

Sewaktu ditanya, rubrik atau topik apa yang paling ia sukai dari majalah SM, Nico Kaptein menjawab, “Apa yang saya sukai dari majalah ini adalah pemaparan sejarah Muhammadiyah. Selain itu, seringkali SM memuat gambar-gambar yang amat indah dan menarik. Dan jika saya melihat gambar-gambar itu, saya menemukan orang-orang yang mengenakan sarung dan pakaian khas Indonesia. Dan itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah, saat didirikan oleh Ahmad Dahlan pada 1912, walau Dahlan amat terinspirasi oleh ulama Timur Tengah seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, namun ia juga memberikan ruangan bagi adat-istiadat Islam yang asli Indonesia. Pakaiannya tetap sama (Jawa–red), juga namanya sudah jelas Jawa. Anda juga dapat melihat bahwa SM pernah menggunakan bahasa dan aksara Jawa. Jadi, sejak awal Muhammadiyah sama sekali tidak sekedar meniru (unsur-unsur–red) Timur Tengah tanpa mengindahkan sentuhan kejawaan yang spesifik.”

Peran Persyarikatan Muhammadiyah setelah memasuki abad kedua mendapat apresiasi yang sangat positif dari Nico Kaptein. Saat ini, kata Nico Kaptein, isu yang penting adalah Islam Indonesia yang sekalipun bersumber dari Timur Tengah, tetapi mampu hadir dengan corak yang khas Indonesia. Menurutnya, orang Indonesia harus sangat bangga karena Islam di Indonesia dapat berkembang namun memiliki jenis Islam yang berbeda dari corak yang berkembang di Timur Tengah. Inilah yang menurut Nico Kaptein patut dibanggakan.

“Ketika berbicara tentang Muhammadiyah, kita akan melihat betapa banyak Muhammadiyah telah menyumbang bagi pemikiran Islam di Indonesia, dan majalah SM telah memainkan peran vital. Sebagai orang luar saya berpendapat, dengan membaca majalah SM Anda akan mendapatkan gambaran yang amat baik tentang isu yang sedang hangat di Indonesia,” katanya mengakhiri diskusi bersama reporter Suara Muhammadiyah. (Yuanda-Adit-Arf)

Exit mobile version