YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah–World Peace Forum ke 6 yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) dan Cheng Ho Multi-Culture Education Trust, Malaysia telah dibuka oleh Presiden Joko Widodo, kemarin sore (1/11) di Istana Negara.
Dalam sambutannya Jokowi pun menegaskan bahwa kekerasan ekstremisme dan aksi terror yang salah satunya menimpa Indonesia merupakan gambaran yang juga terjadi di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan aksi bersama untuk mempromosikan perdamaian dan melawan kekerasan yang salah satunya juga dipicu oleh ketidakadilan global.
“Di sini ada pemuka agama, ada pembuat kebijakan, ada pakar, ada politikus, ada aktivis dari berbagai belahan dunia. Anda semua adalah pembela perdamaian, anda semua adalah cahaya-cahaya moral kami, dan kami semua berhutang kepada Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara semuanya karena telah tanpa pamrih mempromosikan dan memperjuangkan perdamaian di dunia,” tuturnya dilansir dari laman resmi Setkab RI.
Dalam acara 2 tahunan ini, Presiden Jokowi pun mengingatkan kembali bahwa dua landasan utama bagi yang menyatukan Indonesia sebagai bangsa. Yaitu pertama adalah pancasila yang merupakan ideologi bangsa, cara berpikir dan bertindak serta panduan hidup bangsa Indonesia. Sedangkan yang kedua adalah pepatah lama Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.
Melalui World Peace Forum yang mengusung tema “Countering Violent Extremism: Human Dignity, Global Injustice, and Collective Responsibility”, Presiden Jokowi pun mengharapkan mampu memberi inspirasi dan dialog yang produktif untuk memperkuat usaha kolektif menghadirkan perdamaian di berbagai belahan dunia.
“Untuk memperjuangkan perdamaian, untuk melawan intoleransi, melawan provokasi kekerasan. Untuk bisa mengatakan bahwa kami tidak takut terhadap ancaman dan aksi teror. Untuk memiliki keberanian, dan secara lantang mengatakan kami ingin perdamaian bukan kekerasan,” tandas Presiden Jokowi (Th).