Kasus Surel Clinton, Harapan Baru bagi Trump

Kasus Surel Clinton, Harapan Baru bagi Trump

Suara Muhammadiyah,- Pertarungan untuk memperebutkan kursi tertinggi di Gedung Putih belum berakhir. Setelah didera banyak kasus pelecehan seksual yang membuat Donald Trump kehilangan banyak pendukung, kini taipan 70 tahun itu  memiliki harapan baru. FBI yang mengumumkan akan menyelidiki kembali kasus surel (surat elektronik) Hillary Clinton membuat Trump bisa bernafas lega. Jajak pendapat yang sebelumnya dikuasai Clinton dengan selisih yang tinggi, kini mulai susut. Bahkan dalam beberapa jajak pendapat, Trump unggul tipis dari Clinton.

Direktur FBI, James Comey, hari Jumat lalu (28/10) mengirim surat kepada Kongres untuk menyelidiki kembali kasus penggunaan surel pribadi Hillary selama menjabat menjadi menteri luar negeri untuk kepentingan dinas. Padahal, tinggal sepuluh hari lagi Amerika Serikat akan mengadakan puncak hajatan pemilu, yakni pada 8 November. Padahal Juli lalu, Departemen Kehakiman menghentikan penyidikan atas saran FBI karena tidak ada indikasi serius.Comey menyatakan telah mendapat bukti-bukti untuk melakukan penyelidikan terhadap skandal email Clinton.

Bukti itu didapatkan dari laptop Anthony Weiner, mantan senator yang tengah diselidiki lantaran kasus SMS soal seks dengan perempuan di bawah umur. Clinton juga diduga menggunakan surel Huma Abedin, istri Weiner yang juga merupakan penasehat utama Clinton.

Keputusan ini membuat kubu Demokrat menentang keras. Beberapa tokoh Demokarat seperti Patrick Leahy dan Benjamin Cardin turut mendesak FBI yang dianggap melanggar aturan. Sesuai Hatch Art, federal seharusnya menghentikan penyelidikan sejak 60 hari sebelum pilpres.

Kesempatan ini pun digunakan dengan baik oleh Trump. Ia mulai menyasar daerah-daerah yang dikuasai Demokrat dan menyerang Clintondengan kasus skandal tersebut. Saat ini meski dalam pemilihan dini Hillary unggul, namun Trump menghimbau masyarakat yang telah memilih Hillary untuk mengubah pilihan. Beberapa negara bagian seperti Winconsindan Pennsylvania memang memperbolehkan warganya yang telah mengikuti pemilihan dini untuk mengubah pilihan.

Apa yang dilakukan Trump agaknya berhasil. Saat ini beberapa jajak pendapat menunjukkan keunggulan Trump. Padahal, selama ajang pilpres ini, sangat jarang Trump bisa unggul dari Clinton.Survei ABC News/Washington Post menunjukkan Trump unggul 46 persen dibanding Clinton yang meraup 45 persen. Survei lain, Real Clear Politics juga menunjukkan bahwa Trump unggul 1 persen. Kendati demikian, secara nasional Clinton masih unggul. Clinton juga diproyeksikan akan mendapat suara 266 electoral votes sementara Trump mendapat 206.

Survei lain tetap mengunggulkan Clinton seperti NBC News/Survey Monkey, antara 24 Oktober sampai 30 Oktober, Clinton mendapat 47 persen sedangkan Trump meraih 41 persen. Survei William and Mary/Terget Smart juga menunjukkan Clinton memimpin dengan 48 dan Trump 40.

Kini partisipasi pemilu rakyat AS dari kalangan kulit hitam semakin menurun.Alasan menurunnya partisipasi adalah kebingungan untuk menentukan pilihan antara kedua calon. Keduanya sama-sama tersandung skandal. Terutama Clinton yang baru-baru ini dengan kasus surelnya. Beberapa warga lain juga menginginkan pemilu AS kali ini cepat berlalu. Mereka mengatakan antara kedua capres punya banyak aspek negatif yang membuat rakyat apatis. Akibat isu pilpres ini, pasar AS pun semakin lesu dan nilai tukar Dolar AS terhadap Euro pun terus melemah. Belum lagi citra Amerika Serikat di mata dunia kian memburuk (Abdul Aziz).

Exit mobile version