YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah—Melalui pesan berantai, pendapat Buya Syafii Maarif tentang kasus dugaan penistaan al-Quran oleh Ahok, mendapat banyak tanggapan. Salah satunya dari KH Didin Hafidhuddin, yang merasa pernyataan Buya Syafii cenderung tendensius. Berikut isi tulisan KH Didin:
Buya Syafii Maarif yth.
Ada beberapa hal yang saya minta klarifikasi dari Buya. Tulisan Buya terus terang sangat tendensius dan menyakiti perasaan para pengurus MUI termasuk saya pribadi.
Kami sudah dengar dan baca langsung pernyataan Ahok dan sudah didiskusikan secara mendalam di MUI. Pengurus MUI tidak ada yang penjilat apalagi mengeluarkan fatwa murahan. Buya khawatir MUI tidak berlaku adil pada Ahok sementara Buya sendiri tidak adil pada MUI. Jadi jangan asal menuduh.
Demikian pula dgn peserta aksi damai mereka datang dengan biaya sendiri tidak ada yang merekayasa selain panggilan Aqidah Islamiyyah. Keyakinan pada kesucian Al-Quranlah yang nenggerakkan mereka. Mohon maaf Buya
Bogor, 6 Nov 2016
Salam hormat,
Didin Hafidhuddin
Tulisan KH Didin tersebut menyebar cepat ke berbagai grup WA. Guna menjawab tulisan itu sekaligus mengklarifikasikan permasalahan serta menghindar dari prasangka yang tidak perlu, Buya Syafii Maarif menulis tanggapan sebagai berikut:
Ustadz Didin Yth.
Masalah utama yang sedang kita hadapi adalah apkh pernyataan Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September memang mengandung unsur penghinaan atau penistaan terhadap al-Qur’an atau tidak. Kita pusatkan perhatian kepada masalah pokok ini. Tidak perlu meluas ke mana-mana karena bisa jatuh perdebatan berketiak ular.
Dalam penilaian saya, dalam pernyataan Ahok itu tidak terdapat unsur penghinaan. Di sini letak perbedaan pandangan antara saya dan MUI. Dan perbedaan itu sah. Oleh sebab itu mari kita pergi ke hulu masalah, jangan bermain di hilir, karena bisa bertele-tele.
Adapun kesan Ustadz bahwa tulisan saya bersifat tendensius dan menyinggung perasaan teman-teman MUI, itu penilaian subyektif pihak-pihak yang merasa kena sasaran.
Kemudian demo besar yang relatif damai itu didorong oleh pengaruh fatwa MUI yang saya nilai tidak cermat. Dalam surat al-Maidah ayat 8, kita baca maknanya a.l. sbb: “Hai orang-orang yg beriman, jadilah kamu sebagai manusia yg lurus karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencian kamu atas satu kaum membuat kamu tidak adil…” Berpeganglah kepada ayat yang terang benderang ini, sebab saya khawatir pendapat MUI terkena oleh ayat ini karena dasar pertimbangannya tidak kokoh.
Ini penilaian saya yang bisa tidak disetujui oleh pihak MUI. Oleh sebab itu, mari kita sama-sama bertindak sebagai pencari kebenaran dengan jujur dan tulus, tidak ada kaitannya dengan membela atau menentang Ahok.
Terima kasih ustadz
Ahmad Syafii Maarif
(Ribas).