NEW DELHI, Suara Muhammadiyah- Program RS Aman Bencana yang dirintis oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sejak tahun 2008 dipandang berhasil. Berawal dari pengalaman penanganan dalam tsunami Aceh 2004 dan gempa Jogja 2006, keberhasilan tersebut dipaparkan di hadapan para peserta Konferensi Tingkat Menteri Asia di Vigyan Bhawan oleh Wakil Ketua MDMC, Rahmawati Husein, PhD, Kamis sore (3/11) waktu New Delhi India.
Dalam konferensi bertopik “Disaster Preparedness for Effective Response and to Build Back Better” ini Rahmawati menyampaikan bahwa program Rumah Sakit Aman yang dilakukan MDMC, didasarkan kepada konsep Comprehensive Safe Hospital bagi kapasitas fasilitas kesehatan dan komunitas di sekitarnya. “Rumah Sakit Aman ini ditujukan untuk mengurangi risiko bencana dan membangun kesiapsiagaan dan bersiap menghadapi kedaruratan dan bencana,” ucap Rahmawati.
Program dengan dukungan pemerintah Australia ini telah berhasil berjalan di 9 Rumah Sakit Muhammadiyah, walaupun menurutnya masih membutuhkan energi yang cukup besar agar berjalan di seluruh fasilitas kesehatan Muhammadiyah yang berjumlah 457 unit, 105 diantaranya adalah Rumah Sakit.
Pada sesi yang dimoderatori oleh Mr Shigeki Habuka, Vice Minister for Policy Coordination, Cabinet Office, Pemerintah Jepang ini, Rahmawati juga menyampaikan bahwa pengalaman Muhammadiyah dalam tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana banyak menjadi dasar dalam membangun konsep – konsep pengurangan risiko bencana.
“Sebagai organisasi berbasis inisiastif masyarakat lokal yang mandiri, program RS Aman Bencana yang dikembangkan MDMC menjadikan masyarakat di sekitar Rumah Sakit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesiapsiagaan Rumah Sakit,” katanya.
Pada kesempatan ini, Rahmawati juga menyampaikan bahwa pengalaman Muhammadiyah pada tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana meliputi berbagai aspek yang berakar kuat pada masyarakat. “Pada setiap kejadian bencana, MDMC selalu membangun pemukiman darurat dalam konsep Community Center yang berisi layanan kesehatan daarurat, pendidikan darurat, konseling, pusat kegiataan anak, fasilitas sanitasi dan pusat kegiatan masyarakat yang berpadu dengan pusat kegiatan keagamaan,” imbuhnya.
Selain dari MDMC, pada sesi yang juga menghasilkan sejumlah rekomendasi ini, turut menyampaikan presentasi Prof. Dr. Win Myat Aye (Menteri Kesejahteraan Sosial Pemerintah Myanmar), Krishna Raut (Kepala Badan Penanggulangan Bencana Pemerintah Nepal), Yukimoto Ito (Wakil Walikota Sendai – Jepang) , Brendan Moon (Kepala Eksekutif Badan Pemulihan Pemerintah Queensland), dan Bolorma Nordov (Sekjend Palang Merah Mongolia) (Arif).