WASHINGTON, Suara Muhammadiyah- Lebih dari 1 juta muslim Amerika telah terdaftar dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan berlangsung Selasa (8/11). Perhelatan paling menentukan tersebut telah dimulai sejak pukul 06.00 pagi waktu setempat.
Menurut survey yang dilakukan oleh Organisasi Advokasi yang berbasis di Washington yaitu Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) menilai 86 persen dari pemilih Muslim Amerika akan terlibat dalam pemilihan Presiden tahun ini.
Jumlah ini menurut Dewan Organisasi Muslim Amerika, dua kali lipat lebih besar dari jumlah pemilih sejak pemilihan presiden tahun 2012. Berbagai organisasi Muslim di AS telah melakukan mobilisasi melalui pendaftaran di sekolah-sekolah, Masjid, dan perkumpulan-perkumpulan komunitas muslim di sejumlah daerah di Amerika.
Sikap anti-Islam dan rasisme dari salah satu kandidat calon presiden Donald Trump, menyadarkan masyarakat Muslim Amerika betapa pentingnya untuk untuk memberikan suara mereka dalam pemilihan Presiden yang akan menentukan nasib warga Amerika selama 5 tahun ke depan tersebut.
“Kami percaya kami telah menggerakkan lebih dari satu juta pendaftar. Ini adalah bagaimana kami melakukan perubahan tahun ini,” tutur Oussama Jammal, Sekretaris Umum Dewan Organisasi Muslim Amerika, dicuplik dari BBC.
Imam Masjid Indonesia di New York dan Washington DC, Shamsi Ali pun merasakan hal sama. Ia menyaksikan bagaimana komunitas muslim saling bahu-membahu untuk mendorong partisipasi sesama Muslim dalam pemilihan Presiden ini. Selain menghimpun para pemilih melalui pendaftaran yang dibuka di tempat-tempat seperti masjid dan sekolah, Komunitas Muslim di Amerika pun melakukan kerjasama dengan perusakaan transportasi di sejumlah tempat.
“Pemilu kali ini luar biasa. Komunitas Muslim misalnya bekerja sama dengan perusahaan mobil di beberapa tempat untuk memberikan fasilitas gratis kepada Muslim yang ingin berangkat dan memilih,” kata Shamsi Ali kepada BBC Indonesia.
Menurut Pew Research, ada 3.3 juta muslim Amerika yang sebagian besar merupakan immigran dari sejumlah negara di Asia Selatan, Tenggara, Arab Saudi dan Afrika. Jumlah tersebut membentuk hampir 1 persen dari jumlah populasi warga Amerika, dan 1.5 juta di antaranya telah memiliki hak pilih.
Kebijakan anti-imigran yang dijaukan oleh Trump akan menutup akses Muslim ke Amerika serta deportasi 11 juta imigran yang tidak terdatar. Bagaimanapun hal tersebut telah menjadi pukulan bagi Muslim Amerika agar cepat mengambil aksi. Yaitu, dengan bersama-sama tidak memilihnya.
“Sangatlah penting bagi kelompok minoritas untuk menyadari bahwa mereka terwakili agar mampu memberikan suara dalam proses politik dan tidak begitu saja menyia-nyiakan proses tersebut,” tutur Malek Khawam, seorang mahasiswa mengumpulkan lebih dari 100 pemilih muda di Ohio tepatnya dari Universitas Negeri Cleveland, kepada Al Jazeera.
Bahkan, Nihad Awad Direktur Eksekutif CAIR mengungkapkan rasa terimakasihnya terhadap Trump. Karenanya, warga Muslim Amerika dan juga kelompok minoritas lainnya menyadari pentingnya melawan kebencian agama dan rasial melalui partisipasi dalam pemilihan presiden ini.
“Saya ingin berterima kasih kepada Trump karena telah memberi energy kepada komunitas Muslim dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Komunitas Muslim merasakan panasnya terbakar dalam propaganda yang dilakukan oleh Trump dan golongan anti-muslim, namun dalam waktu bersamaan mereka memahami pentingnya memberikan vote,” tuturnya kepada BBC.
Walaupun telah dirasakan besarnya jumlah pemilih Muslim yang akan memberikan suaranya demi memberikan dukungan tehadap lawan Trump, masih ada sebagian kecil dari Muslim yang akan memberikan suaranya kepada Trump. Dilansir dari Aljazeera, dari 86 persen muslim Amerika yang telah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti pemilihan Presiden tahun ini, 72 persen memberikan dukungan kepada Clinton dan 4 persen sisanya untuk Trump.
Banyaknya jumlah suara warga Muslim Amerika yang diberikan kepada Hillary, Menurut Robert S McCaw Direktur CAIR untuk Departemen Urusan Pemerintahan yang dilansir dari Antara, dikarenakan rasa kedekatan mereka dengan partai Demokrat.
“Trump adalah seorang yang rasis. Dia tidak menyukai Muslim, ia menghalangi imigran, kalangan Latino, dan segalanya. Ada 3.3 juta Muslim, sebagian besar mendukung Hillary. Demokrat selalu bersama kami, kaum imigran,” tutur Uddin, kepada Aljazeera.
Dalam jajak pendapat tahun 2012, 66 persen tercatat mengemukakan alasan serupa pada. Kini, meningkat menjadi 67 persen. Sebagian besar mengatakan bahwa partai Republik cenderung tidak ramah terhadap komunitas muslim. Di samping itu, imbuhnya, diperkirakan ada 12 persen dari warga Muslim AS yang mendukung Partai Republik, namun dalam pemilihan presiden AS, mereka menyatakan enggan memberikan dukungannya terhadap Donald Trump (Th).