JAKARTA, Suara Muhammadiyah — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak segenap tokoh dan umat Islam untuk menahan diri dan tidak emosional dalam menghadapi persoalan dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Sikap saling menghujat antar sesama muslim justru akan menciderai akhlak Islam.
“Sungguh saat ini sesama umat Islam diuji kesabaran dan ketabahan diri. Buktikan ukhuwah Islam seiman di kala susana berat seperti ini. Para tokoh Islam juga diharap dapat saling tasamuh (toleransi) dan menenangkan suasana dengan menyiramkan air sejuk di hati umat,” ujar Haedar di Jakarta, Kamis (10/11).
Menurut Haedar, umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah, saat ini benar-benar diuji oleh permasalahan ini. Dalam menghadapi kasus Ahok, terdapat banyak perbedaan pandangan dan pemahaman, yang berunjung pada perbedaan penyikapan. Kondisi seperti ini sering terjadi dalam kehidupan umat Islam sepanjang sejarah peradaban.
“Dalam suasana yang demikian, diperlukan sikap sabar yang super ekstra. Maka, sungguh diperlukan sikap lapang hati untuk saling menahan diri. Jangan terus saling menyudutkan, menyalahkan, dan menegasikan satu sama lain,” tutur Haedar.
Haedar berharap agar sesama umat Islam menghindari ujaran dan tindakan yang dapat saling mencedarai hati satu sama lain. Jauhi tindakan yang dapat merugikan sesama umat Islam sendiri. Marwah atau kehormatan Islam sungguh dipertaruhkan dalam menghadapi situasi pelik seperti sekarang ini.
Belajar diam dan menahan diri sebagaimana tuntunan Nabi, kata Haedar, jauh lebih utama karena tantangan umat Islam sungguh berat. Jika di tubuh umat sendiri centang peranang, malah tidak elok. Sebaiknya Muslim mempraktikkan ukhuwah dan akhlak mulia ke dalam dan ke luar di kala memghadapi ujian berat seperti ini.
Haedar menyatakan, jika menyangkut beda paham dan pandangan, masalah dapat menjadi rumit, biasanya mengeras dan sering sulit dipertemukan. Lebih-lebih ketika masuk unsur politik di dalamnya, maka nuansa pertikaiannya akan semakin tajam. Dia juga meminta para pengguna media social untuk menjaga etika dalam berkomunikasi serta bijak menyikapi informasi.
“Semuanya diharapkan lebih seksama, bertabayun (melakukan kroscek) dan bersabar. Jangan mudah terpancing dan terprovokasi, agar umat Islam keseluruhan tetap terjaga kondusif,” papar Haedar (Ribas).