YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah–Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa terpilihnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump harus disikapi positif. Karena bagaimanapun, Trump merupakan pilihan rakyat AS itu sendiri. Sementara warga negara lain, termasuk Indonesia, tidak ikut andil dalam proses serta tidak bisa mempengaruhi dan merubah hasil apapun.
“Kita tidak bisa ikut mempengaruhi karena memang sudah pilihan negara demokratis. Negara manapun, jika itu pilihan rakyat (AS), hal itu merupakan cermin dari kehendak rakyat,” tutur Haedar, Kamis (10/11).
Karena merupakan pilihan rakyat, maka sikap terbaik adalah tetap membangun praduga baik. “Kita harus membangun praduga baik, bahwa disebuah negara demokrasi sebesar Amerika siapaun presidennya, nilai-nilai demokrasi, HAM, dan hal-hal yang sudah menjadi pandangan keadilan universal,” ujarnya.
Jika sudah berpegang pada nilai-nilai universal, kata Haedar, negara mana pun di dunia tidak bisa bersikap diskriminatif dan rasis. “Negara dan bangsa manapun di dunia saat ini tidak dapat mengembangkan politik yang kerdil dan chauvinistik,” jelas dia.
Menurut Haedar, Trump dalam konteks dunia Islam dianggap sebagai representasi dari sosok yang islamophobia, bahkan juga anti imigran sedang imigran itu konteksnya juga dari Timur Tengah dan kawasan lain yang identik dengan muslim. Untuk itu, Haedar menghimbau umat muslim untuk selalu berfikir positif.
“Kita harus percaya bahwa fenomena islamophobia yang muncul ketika awal kampanye dan masa kampanye itu tidak menjadi kebijakan politik Amerika maupun politik luar negeri,” tambahnya.
Haedar Nashir berharap terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS tetap mengedepankan penghargaan terhadap imigran dan kelompok minoritas. Meskipun ketika berkampanye, Donald Trump menunjukkan sikap politik konservatif ala Republikan.
Trump yang nantinya secara resmi menjadi presiden AS, harap Haedar, akan tetap memiliki sikap menghargai terhadap kemajemukan, demokrasi dan hak asasi manusia serta menghargai imigran dan minoritas muslim yang hingga kini hidup menyatu sebagai rakyat AS.
Seperti diketahui, Donald Trump akhirnya memenangkan pemilu 2016 setelah mengalahkan Hillary Clinton dengan perolehan suara 278 suara dari 270 suara yang dibutuhkan. Trump merupakan calon presiden dari partai Republik.
“Melalui Presiden Jokowi, dan Menteri Luar Negeri Indonesia, sebagimana tata karma dunia untuk mengucapkan selamat dan menyampaikan harapan bahwa Indonesia sebagai negara muslim terbesar tentu juga akan tetap lebih tegak diatas prinsip pluralisme, dan menjunjung tinggi hak atas nilai-nilai itu, dan meletakkan minoritas termasuk muslim, sebagai bagian yang terlindungi dalam kehidupan rakyat dan negara Amerika,” tutupnya (Ribas).