PURWOREJO, Suara Muhammadiyah–Akhir pekan lalu melalui Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Purworejo mendorong warga desa Wironatan Kecamatan Butuh adakan simulasi bencana dengan latar belakang masuk dalam zona rawan serta langganan banjir. Agenda tersebut merupakan rangkaian puncak Program Jamaah Tangguh yang telah dilaksanakan pasca bencana banjir pada juli lalu. Simulasi turut berkolaborasi dengan BPBD Kabupaten Purworejo.
Ketua LPB PDM Purworejo, Widayat, menyampaikan bahwa agenda tersebut merupakan puncak kegiatan Jamaah Tangguh Bencana. Kegiatan itu telah berlangsung sejak September 2016. Kegiatan rutin diadakan sepekan dua kali, yakni pada hari Rabu malam dan Sabtu malam di desa Wironatan dengan turut melibatkan elemen pimpinan dan majelis serta ortom persyarikatannya.
“Merupakan puncak pelatihan adalah Simulasi Penanganan Musibah Banjir yang melibatkan 40 warga sebagai tim Jamaah Tangguh Bencana,” ujar Widayat.
Dalam kesempatan yang sama juga dilakukan pembagian paket sembako untuk warga serta penandatanganan Piagam Penghargaan kepada Tim Jamaah Tangguh Bencana Desa Wironatan oleh LPB PWM Jawa Tengah, LPB PDM, dan BPBD Purworejo.
Kegiatan dihadiri Muspika Butuh, Kepala Desa beserta perangkat, berbagai elemen Muhammadiyah dari unsur Majelis dan Lembaga, AUM serta warga desa Wironatan.
Pemerintahan Kecamatan melalui Camat Butuh Agus Ari Setiyadi, menyampaikan apresiasinya terhadap upaya usaha yang telah dilakukan relawan Muhammadiyah yang tergabung dalam LPB PDM Kabupaten Purworejo. Meski banyak bantuan mengalir saat terjadi musibah banjir beberapa bulan lalu, pihaknya berharap bencana banjir tidak terulang kembali di Kecamatan Butuh.
“Kami berharap tali persaudaraan yang sangat bagus ini jangan terputus, ibaratnya Muhammadiyah Purworejo sudah menjadi bagian dari warga Wironatan dan diterima dengan tangan terbuka oleh warga masyarakat,” ungkapnya.
Melalui Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Purworejo, Edi Purwanto, menyampaikan bahwasanya dengan adanya Jamaah tangguh bencana diharapkan warga menjadi tangguh tidak gentar ketika terjadi bencana. Menurutnya, ada 3 pilar dalam regulasi penanggulangan bencana yakni pemerintah (TNI, Polri), Masyarakat (komunitas, ormas, relawan) dan pelaku usaha.
“Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Simulasi ini, Tim yang terbentuk di SK bisa kita undang untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh BPBD untuk meningkatkan kompetensi,” katanya (Akhmad Musdani).