YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah membuka program Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) Jum’at (11/11) di Wisma Sermo, Kulonprogo.
Sekolah yang diikuti oleh perwakilan sejumlah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia ini berlangsung selama tiga hari dari Jumat hingga Ahad (11-13/11)
Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas mengatakan bahwa selama 30 tahun bangsa Indonesia telah berada di bawah tekanan orde baru. Pendidikan yang dihasilkan di bawah rezim tersebut pun bukan pendidikan yang menghasilkan pemimpin. Oleh karena itu, SEKAM merupakan salah satu upaya PP Muhammadiyah untuk membentuk pemimpin di masa yang akan datang. “Hasilnya tentu tidak langsung dirasakan sekarang, mungkin baru lima tahun ke depan,” kata Busyro saat membuka SEKAM.
Melalui kegiatan ini, Busyro pun mengharapkan para kader pemberdayaan mampu melakukan liberasi, humanisasi, dan transedensi.
Tujuan pengadaan SEKAM sendiri menurut Ketua MPM PP Muhammadiyah Dr M Nurul Yamin, adalah sebagai wadah mencetak fasilitator pemberdayaan masyarakat.
“Pertama, adalah lahirnya fasilitator-fasilitator pendamping masyarakat yang siap mengawal dampingan MPM di tingkat wilayah,” kata M Yamin.
Yamin pun menambahkan bahwa melalui SEKAM, para peserta akan dibangun pemahaman dasarnya tentang pengorganisasian masyarakat dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan peran pendampingan dan advokasi di basis masyarakat miskin. Selain itu, dari pengadaan SEKAM, diharapkan akan tersusun modul pelatihan pengorganisasian (basis) komunitas.
“Kedua, meningkatnya pengetahuan fasilitator pendamping kelompok sasaran program Muhammadiyah tentang dasar-dasar pendampingan masyarakat dan pengetahuan pendukung lainnya. Ketiga, tersusunnya modul pelatihan pengorganisasian (basis) komunitas,” imbuh Yamin.
Selama ini, Muhammadiyah telah merintis berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Bermula dari Lembaga Buruh, Tani, Nelayan kemudian sejak tahun 2000 bertransformasi menjadi MPM. Berbagai kegiatan pemberdayaan yang diinisiasi oleh Muhammadiyah melalui MPM telah menyasar petani, nelayan, perempuan, kaum miskin kota, penyandang disabilitas dan kaum dhu’afa-mustadh’afin lainnya. Sejumlah kegiatan pemberdayaan yang telah dilakukan terutama berkaitan dengan peningkatan kompetensi, pengembangan aktivitas ekonomi dan tata kelola usaha tani yang lebih baik. (Th).