SAMARINDA, Suara Muhammadiyah— Mulai dari berdirinya Boedi Oetomo, perjuangan Bung Tomo sampai terjadinya Sumpah Pemuda, pada intinya merupakan komitmen bersama untuk satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Hal ini disampaikan Yusran Aspar Bupati Penajam Paser Utara pada Konfrensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ahad (13/11).
Komitmen berikutnya, sambung Yusnar, tertuang jelas pada Pembukaan UUD 1945. Yaitu komitmen untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, kedaimaian abadai, dan keadilan sosial. “Komitmen-komitmen tersebut harus dijalankan oleh siapapun, termasuk pejabat pemerintah, presiden, gubernur, bupati, sampai walikota, tegas Yusnar.
Faktanya, Yusnar melanjutkan, banyak pejabat pemerintah yang sudah lupa akan komitmen-komitmen itu. Sebaliknya mereka justru membelakangi komitmen kebangsaan warisan pendiri bangsa. “Kenyataan hari ini, kita sudah jauh dari komitmen kebangsaan,” tuturnya.
Paling menonjol, kata Yusnar, ada pada bidang ekonomi. Menurutnya, melalui komitmen yang tertera pada pasal 33, bangsa ini seharusnya menjadi tuan rumah di negara sendiri. Tapi kenyataanya kekuatan Asing begitu kuat, besar, dan mengakar di negara ini.
“Karena itu saya berharap kepada kader muda IPM untuk merubah keadaan ini. Yaitu dengan cara berpegang teguh pada komitmen kebangsaan serta berupaya keras untuk melaksanakanya sampai ranah praksis,” pesan Bupati Paser yang juga alimni IPM(gsh).