SAMARINDA, Suara Muhammadiyah— Untuk lebih mengembangkan dan membesarkan organisasinya, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) harus menjadi organisasi inklusif. IPM harus keluar dari sarangnya,Muhammadiyah, dan mulai mendirikan dan mengembangkan sayap di sekolah di luar Muhammadiyah. Hal ini disampaikan Muhadjir Effendi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI pada pembukaan Muktamar IPM di Samarinda (14/11).
Baik sekolah negeri mapun sekolah swasta lain, sambung Muhadjir, IPM harus mulai ada di sana. “Karena memang Muhammadiyah terlalu kecil untuk IPM beraktualisasi diri. Boleh bangga akan pengargaan dan prestasi yang diperoleh, namun lebih membanggakan lagi jika IPM menjadi organisasi pelajar nasional dan berperan pada kualitas pendidikan Indonesia,” tutur Menteri.
Sejauh ini, ucap Menteri, IPM telah berperan aktif dalam membangun negara. IPM ikut menguatkan kelompok muda pelajar dan mendorong terwujudnya kaum berpendidikan serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Empat kali dinobatkan sebagai OKP terbaik adalah bukti bahwa peran IPM itu nyata adanya.
Menurutnya, tema Muktamar “Menggerakkan daya kreatif, mendorong generasi berkemajuan” merupakan respon cepat IPM terhadap perubahan zaman dan merupakan langkah yang cerdas. “Tentunya gerakan itu harus didukung kuat dengan budaya literasi,” terang Muhadjir.
Sebagaimana semboyan IPM, Muhadjir melanjutkan, maka IPM tidak boleh meninggalkan budaya literasi. IPM harus menggerakan budaya itu, untuk merubah budaya literasi indonesia yang sangat rendah.
“Berdasarkan hasil riset, minat baca anak Indonesia itu terlambat empat tahun dari yang seharusnya. Walau sudah SMA tapi minat bacanya masih seperti anak SMP, yang SMP seperti anak SD. In tugas berat IPM,” imbuh Muhadjir (gsh).